Jokowi Digas Ketua MUI Sumbar Gegara Ritual Kendi: Bertentangan dengan Akidah Tauhid Kita!
Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Sumatera Barat (Sumbar) Gusrizal Gazahar mengkritik keras ritual kendi yang digelar Presiden Joko Widodo (Jokowi) di Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara, di Penajam Paser, Kalimantan Timur Senin (14/3/2022).
Gusrizal Gazahar terang-terangan mengaku tidak sepakat dengan ritual tersebut lantaran dianggap bertentangan dengan ajaran Islam. Ia menilai bahwa meski sebatas seremonial, secara akidah hal seperti itu tidak bisa diterima umat Muslim.
“Saya tidak setuju dengan ritual tersebut karena terkandung keyakinan yang tak bersesuaian dengan akidah tauhid. Ini masalah akidah, sudah jelas itu acaranya ritual yang bertentangan dengan akidah tauhid kita, tidak cocok dengan ABS-SBK, itu merusak akidah,” kata Gusrizal kepada wartawan Rabu (16/3/2022).
Baca Juga: Gagal Tangani Krisis Migor, Dipanggil DPR Malah Mangkir, Pak Jokowi Pecat Saja Menteri Model Begini!
Dalam ritual itu, Presiden Joko Widodo mengundang 33 Gubernur di Indonesia untuk ikut dalam prosesi ritual kendi tersebut. Seluruh kepala daerah yang datang diwajibkan membawa tanah serta air dari provinsinya masing-masing, tanah dan air itu kemudian disatukan dan di taruh di titik nol IKN Nusantara.
Gubernur Sumbar Mahyeldi Ansharullah juga datang dan membawa tanah serta air yang diambil di wilayah yang ia pimpin itu, terkait hal ini Gusrizal mengaku sangat menyesalinya, seharusnya Mahyeldi Ansharullah yang juga politisi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) itu tidak menuruti permintaan Presiden Jokowi.
“Saya sangat menyesalkan tindakan Mahyeldi Ansharullah yang begitu saja mematuhi perintah Presiden terkait ritual tersebut,” ungkapnya.
Terpisah, Ketua Persatuan Dukun Nusantara Gus Abdul Fata menilai, ritual ini tidak boleh boleh dianggap enteng, kegiatan yang kental dengan mistis seperti ini juga kerap dilakukan sejumlah tokoh pada masa lampau. Ritual semacam ini kata dia harus dilakukan setiap 100 tahun sekali, dan 2022 adalah waktu yang tepat menggelar acara itu.
“Kayak Syeh Subakir itu dulu, biar tentram negeri ini ada sesuatu yang ditanam. Dan prosesi itu harus ada pembaharuan selama 100 tahun sekali. Saya kira yang tepat adalah Pak Jokowi. Karena prosesi pembaharuan ini dilakukan 100 tahun sekali. Mungkin 100 tahun lagi juga akan ada tokoh seperti Pak Jokowi,” kata Abdul Fata ketika dikonfirmasi wartawan Rabu (16/3/2022).
Biar bagaimanapun juga kata Abdul Fata, kehidupan manusia bergandengan dengan alam supranatural. Sehingga, diperlukan keselarasan dan harmonisasi antara alam milik manusia dan alam yang lain.
“Sudah pasti karena memang kita hidup berdampingan dengan alam supranatural. Dan ada yang membersamai kita. Dan itu perlu kita menghormati, sehingga muncul harmonisasi alam dan cita-cita memperbarui semangat persatuan dan kesatuan bangsa,” tambahnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Rosmayanti