Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Ternyata Residivis Penista Agama, Pendeta Saifuddin Pernah Hina Nabi Muhammad!

Ternyata Residivis Penista Agama, Pendeta Saifuddin Pernah Hina Nabi Muhammad! Kredit Foto: Youtube/Suara
Warta Ekonomi, Jakarta -

Lontaran kalimat dari mulut Abraham Ben Moses atau dikenal Saifuddin Ibrahim yang meminta Menag menghapus 300 ayat di Alquran menuai kontroversi. Namun jauh sebelumnya, pria yang disebut-sebut sebagai pendeta itu pernah melakukan hal yang sama.

Dihimpun dari berbagai sumber, Saifuddin Ibrahim juga menuai kontroversi karena menghina nabi Muhammad hingga dijebloskan ke penjara, dan divonis empat tahun penjara pada Mei 2018.

Baca Juga: Selain Minta Hapus 300 Ayat Alquran, Pendeta Ini Sebut Pesantren Lahirkan Radikal, Menag Meradang!

Dia menghina suatu agama ke akun sosial media Facebooknya pada awal Desember 2017. Atas kasus itu, Saifuddin didakwa melanggar Pasal 45 A UU ITE dan divonis empat tahun penjara.

Vonis itu lebih ringan karena jaksa menuntut Saifuddin dihukum lima tahun penjara. Alasannya, dia telah membuat gaduh di media sosial dan mengganggu kerukunan umat beragama.

Sekian tahun berselang atau Maret 2022, Saifuddin kembali membuat gaduh dengan meminta Menteri Agama, Yaqut Cholil Qoumas menghapus 300 ayat di Alquran. Alasannya membuat geram.

“Karena sumber kekacauan itu adalah dari kurikulum yang tidak benar bahkan kurikulum-kurikulum di pesantren, Pak, jangan takut untuk dirombak. Bapak periksa, ganti guru-gurunya, yang karena pesantren itu melahirkan kaum radikal semua,” kata pria tersebut dalam video yang disebut-sebut bernama Pendeta Saifuddin Ibrahim.

Selain itu, dia mengatakan, terdapat 300 ayat di Alquran yang memicu sikap intoleran, sikap radikal, hingga membenci orang lain yang berbeda agama. Dia meminta 300 ayat tersebut dihapus.

Baca Juga: Jeng Jeng, Bareskrim Bergerak, Pendeta Saifuddin yang Minta Hapus Ayat Al-Qur.'an Bakal Diurus

“Bahkan kalau perlu, Pak, 300 ayat yang menjadi pemicu hidup intoleran, pemicu hidup radikal dan membenci orang lain karena beda agama itu di-skip atau direvisi atau dihapuskan dari Alquran Indonesia. Ini sangat berbahaya sekali,” kata pria tersebut.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Aldi Ginastiar

Bagikan Artikel: