PT Tower Bersama Infrastructure, Tbk. ("TBIG") mengumumkan laporan keuangan yang telah diaudit untuk periode yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2021.
TBIG berhasil mencatat pendapatan dan EBITDA masing-masing sebesar Rp6.180 miliar dan Rp5.429 miliar untuk periode satu tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2021. Jika pencapaian triwulan keempat 2021 disetahunkan, maka total pendapatan dan EBITDA Perseroan mencapai Rp6.471miliar dan Rp5.760 miliar.
Baca Juga: Tower Bersama Umumkan Penerbitan Obligasi Rupiah
Per 31 Desember 2021, TBIG memiliki 39.088 penyewaan dan 20.578 site telekomunikasi. Site telekomunikasi milik Perseroan terdiri dari 20.466 menara telekomunikasi dan 112 jaringan DAS. Dengan angka total penyewaan pada menara telekomunikasi sebanyak 38.976, maka rasio kolokasi (tenancy ratio) Perseroan menjadi 1,90.
Hardi Wijaya Liong, CEO TBIG, mengatakan, “2021 merupakan tahun dengan rekor pertumbuhan, dengan pertumbuhan organik yang kuat serta akuisisi portofolio menara. Pada tahun 2021, kami menambahkan 7.633 penyewaan kotor yang terdiri dari 4.348 sites telekomunikasi dan 3.285 kolokasi ke portofolio kami.”
Per 31 Desember 2021, total pinjaman (debt) Perseroan, jika pinjaman dalam mata uang US Dollar yang telah dilindung nilai diukur dengan menggunakan kurs lindung nilainya, adalah sebesar Rp27.967 miliar dan total pinjaman senior (gross senior debt) sebesar Rp5.386 miliar. Dengan saldo kas yang mencapai Rp629 miliar, maka total pinjaman bersih (net debt) menjadi Rp27.338 miliar dan total pinjaman senior bersih (net senior debt)
Perseroan menjadi Rp4.757 miliar. Menggunakan EBITDA triwulan keempat 2021 yang disetahunkan, maka rasio pinjaman senior bersih terhadap EBITDA adalah 0,8x dan total pinjaman bersih terhadap EBITDA adalah 4,7x.
“Kami memiliki struktur utang yang konservatif – sumber pendanaan yang terlindung nilai sepenuhnya, sumber pendanaan yang terdiversifikasi, dan komitmen atas ketersediaan dari pinjaman yang belum ditarik. Pada akhir Oktober, kami menetapkan penawaran surat utang dengan tenor 5.5 tahun dan jumlah keseluruhan sebesar US$400 juta dengan tingkat suku bunga 2,80% Surat Utang Tanpa Jaminan Yang Didahulukan, yang merupakan spread paling minimal dari obligasi korporasi non-BUMN Indonesia. Selain itu, kami juga terus secara reguler mengakses pasar Obligasi Rupiah melalui program Obligasi Rupiah Berkelanjutan V yang berlaku sampai Agustus 2023,” tutur Helmy Yusman Santoso, CFO dari TBIG.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Alfi Dinilhaq
Tag Terkait: