Pemerintah Diminta Buat Regulasi untuk Mendukung Pengembangan Produk Tembakau Alternatif
Kebijakan yang mengatur produk tembakau alternatif (PTA) atau rokok elektrik harus dibuat komperehensif berdasarkan pertimbangan faktor resiko sehingga terpisah dengan kebijakan rokok konvensional.
Kebijakan tersebut selain mengatur standardisasi produk dan batasan umur minimum bagi konsumen, juga harus menjamin akses terbuka bagi perokok dewasa sehingga nantinya dapat lebih memotivasi produsen untuk semakin mengembangkan industri produk rokok elektrik di Indonesia.
“Sampai saat ini regulasi yang mengatur tentang produk tembakau alternatif di Indonesia baru ada dari segi cukai. Regulasi cukainya sudah membedakan antara cukai bagi rokok dan bagi produk tembakau alternatif,” kata Ketua Umum Appnindo, organisasi gabungan Pelaku Industri penghantar nikotin elektronik, Roy Lefrans, kepada pers di Jakarta, Kamis (24/3/2022).
Baca Juga: Cegah Akses kepada Anak-Anak, Pengawasan Harga Rokok Harus Diperketat
Lebih lanjut Roy Lefrans menyampaikan, idealnya peraturan yang dikeluarkan pemerintah, harus ada regulasi spesifik untuk mengatur PTA yang menjamin akses yang terbuka bagi perokok dewasa terhadap produk rokok elektrik sehingga nantinya dapat lebih memotivasi produsen untuk semakin mengembangkan industri produk ini di Indonesia.
Meski demikian, lanjut Roy Lefrans, hal ini merupakan langkah awal yang tepat dari pemerintah menuju kebijakan yang sesuai dalam memisahkan produk yang berpotensi lebih rendah resiko ini. Appnindo sendiri berharap kebijakan pemerintah ini tidak hanya berhenti di cukai, namun juga berlanjut kepada peraturan-peraturan lainnya.
Namun jika pemerintah ingin produksi PTA yang lebih rendah kadar nikotinnya maju di Indonesia, menurut Roy Lefrans, terdapat tiga hal yang harus dilakukan pemerintah. Satu, merumuskan regulasi yang berbasis fakta, kajian maupun ilmu pengetahuan, serta profil risiko produk.
Kedua, regulasi yang diharapkan dapat menjamin akses, memberikan informasi yang akurat, serta memberi kepastian dan perlindungan bagi perokok dewasa terhadap produk tembakau alternatif.
“Diharapkan, hal tersebut akan mendukung langkah perokok dewasa yang ingin beralih ke produk tembakau alternatif yang lebih rendah risiko. Selain itu, profil risiko produk tembakau alternatif yang lebih rendah dibandingkan rokok dapat dijadikan dasar untuk merumuskan regulasi yang proporsional sesuai profil risiko produk tersebut,” papar Roy Lefrans.
Baca Juga: Berkat Teknologi Vape Terus Dikembangkan, Bukan untuk Menambah Jumlah Peroko Tapi Kurangi Resikonya
Yang ketiga, adanya regulasi spesifik tidak hanya dibutuhkan untuk mendukung perkembangan industri tapi juga memastikan perlindungan konsumen melalui regulasi seperti pembatasan pengguna khusus bagi usia 18 tahun ke atas, serta peringatan kesehatan yang sesuai dengan profil risiko produk tersebut.
Dijelaskan Roy Lefran, rokok elektrik atau PTA merupakan produk inovasi dari rokok konvensional yang dipercayai memiliki potensi resiko yang jauh lebih rendah daripada produk rokok konvensional. Kajian-kajian ilmiah terkait dengan produk ini sudah sangat banyak dilakukan di luar negeri, sehingga tidak heran jika beberapa negara, seperti Inggris, telah menggunakan produk rokok elektrik ini sebagai upaya menurunkan prevalensi merokok konvensional.
Berdasarkan, laporan WHO (Organisasi Kesehatan Dunia) tahun 2018, terdapat 30.4% perokok di Indonesia pernah mencoba berhenti merokok. Namun hanya 9.5% yang berhasil. Sementara yang gagal mencapai 20.9%.
Mereka yang ingin berhenti tapi gagal inilah yang menjadi pangsa pasar rokok elektrik, karena mampu memberikan alternatif baru yang sebelumnya tidak ada untuk mengurangi hingga akhirnya berhenti lewat produk-produk rokok elektrik yang sudah lahir dengan teknologi terbaru yang membuatnya lebih cocok untuk perokok.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Annisa Nurfitri
Editor: Annisa Nurfitri
Tag Terkait: