KLHK: Dorong Transformasi Digital Inovasi Kehutanan 4.0 untuk Ekonomi Hijau & Penyelamatan Bumi
Langkah maju dari sektor hutan dan penggunaan lahan lainnya, tegas dengan keluarnya Keputusan Menteri LHK No. 98 tahun 2022 tentang FOLU Net Sink 2030, sebagai tindak lanjut Perpres No. 98 tahun 2021. Selain itu, dokumen NDC yang telah di-update (updated NDC) dan dokumen LTS – LCCR 2050 yang kita miliki tengah dijalankan.
“Strategi ke depan adalah komitmen pemerintah dan rakyat Indonesia demi tercapainya Indonesia Emas 2045, Net Zero Emission 2060 atau lebih cepat, sehingga kita dapat selamat dari krisis iklim dan lolos dari perangkap negara berpendapatan kelas menengah (middle income trap),” kata Bambang.
Baca Juga: KLHK Gelar Bali Declaration Cegah Perdagangan Ilegal Merkuri, dari Indonesia untuk Dunia
Dalam sambutannya, Ketua Pengurus Yayasan Sarana Wana Jaya (YSWJ) Boen Poernama mengatakan Pemerintah dan rakyat Indonesia harus siap dan bergerak maju dalam menghadapi transformasi digital dan revolusi industry 4.0 yang terjadi, agar tidak tertinggal dengan yang lain.
“Revolusi teknologi ini tidak menunggu kita, jadi kita harus melakukan persiapan secara paralel sekaligus pemanfaatannya,” kata Boen.
Hal ini juga sejalan dengan Indonesia sebagai Presidensi G20 Tahun 2022, salah satu topik utamanya adalah transformasi digital, hal ini diharapkan dapat mendorong percepatan Transformasi Digital di Indonesia.
Boen mengatakan transformasi digital dibidang kehutanan, perlu disiapkan pula sumber daya manusianya dengan transformasi persepsi dan nilai-nilai guna mendorong perbaikan pengelolaan sumber daya hutan pada masa kedepan dan menjadi aktor pembangunan yang mendukung akselerasi inovasi kehutanan 4.0.
Baca Juga: Dukung Transisi Energi G20, Menteri ESDM Dorong Keterlibatan Generasi Milenial
“Digitalisasi akan terjadi mega disrupsi yang berdampak positif maupun negatif pada aspek ekonomi, sosial, lingkungan dan politik. Oleh karena itu transformasi digital kehutanan 4.0 harus diarahkan mendukung ekonomi hijau, yaitu pertumbuhan ekonomi yang kuat, ramah lingkungan, penciptaan lapangan kerja dan pendapatan, penurunan tingkat kemiskinan dan inklusif secara sosial sebagai antitesa model pembangunan konvensional yang mengandalkan eksploitasi sumberdaya alam,” jelas Boen.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Rena Laila Wuri
Editor: Aldi Ginastiar
Tag Terkait: