Dirasa Hanya Bungkam, Amerika Desak Afrika Beri Suara Lebih Tegas atas Agresi Rusia
Amerika Serikat (AS) mengharapkan 'tanggapan yang kuat dari Afrika' terhadap agresi Rusia dan rencana untuk membantu mengurangi dampak ekonomi dari konflik Ukraina.
Para diplomat AS menyatakan hal tersebut setelah hampir setengah dari semua negara Afrika memilih 'bungkam' alias abstain di kedua Majelis Umum PBB yang membahas gencatan senjata Rusia.
Baca Juga: Teheran Lihat Sinyal Kedengkian Amerika terhadap Iran Kembali Menguat
"Kami mencari tanggapan Afrika yang kuat terhadap agresi Rusia dan menyambut kesempatan untuk bermitra dengan Senegal dan orang Afrika lainnya baik dalam menanggapi agresi Rusia tetapi juga untuk mengatasi implikasinya secara global," ungkap duta besar AS untuk Uni Afrika, Jessica Lapenn kepada wartawan di Dakar, Senegal.
Saat berbicara soal tanggapan Afrika, Lapenn ditemani Akunna Cook, seorang pejabat Departemen Luar Negeri AS untuk Biro Urusan Afrika. Keduanya berada di negara tersebut untuk berkonsultasi dengan sejumlah pejabat, termasuk Presiden Macky Sall, yang saat ini menjabat sebagai presiden bergilir Uni Afrika.
Lapenn dan Cook telah menggambarkan kunjungan mereka sebagai tindak lanjut dari kunjungan Menteri Luar Negeri Antony Blinken pada bulan November.
Sementara menurut AFP, langkah para diplomat AS ke Senegal itu datang pada saat invasi Rusia ke Ukraina memecah belah negara-negara Afrika.
Diketahui, Senegal sendiri memiliki hubungan yang kuat dengan Barat. Namun, negara Afrika Barat itu telah mengejutkan banyak orang dengan abstain dalam pemungutan suara Majelis Umum PBB pada 2 Maret lalu, yang menuntut gencatan senjata Rusia di Ukraina.
Kendati begitu, Senegal masih memilih mendukung resolusi PBB kedua pada 24 Maret, yang menuntut agar Rusia segera menghentikan perang.
Namun, hampir setengah dari semua negara Afrika abstain atau tidak memilih sama sekali dalam kedua suara tersebut.
Lapenn pun lebih suka menyambut pernyataan yang dikeluarkan oleh Uni Afrika (AU) pada 24 Februari. Itu adalah hari dimana Presiden Rusia Vladimir Putin mulai meluncurkan invasinya ke Ukraina.
Saat Putin memutuskan menyerang tetangganya itulah, Uni Afrika diketahui langsung sigap menyerukan Moscow untuk 'menghormati hukum internasional, integritas teritorial dan kedaulatan nasional Ukraina'.
Setelah 24 Februari itu, AU tidak lagi memberi pernyataan untuk mengutuk intervensi Rusia.
Cook mengatakan penting untuk menyadari bahwa sama seperti negara-negara lainnya di dunia, Afrika menghadapi dampak dari invansi tersebut.
"Penting untuk menyadari bahwa Afrika sangat dipengaruhi oleh invasi Rusia, oleh Ukraina, baik karena dampak ekonomi yang kita lihat di sini dan di seluruh benua dalam hal kenaikan komoditas dan harga bahan bakar dan juga karena ancaman terhadap integritas teritorial," terang Cook, seperti dikutip dari Al Jazeera.
Lebih jauh, Cook merinci efek perang Ukraina terhadap impor gandum Senegal hingga produk domestik bruto (PDB) negara itu.
"Senegal mengimpor 57 persen gandumnya dari Rusia dan Ukraina dan PBB negara ini bisa menyusut tiga persen karena subsidi yang akan diperlukan untuk memenuhi permintaan ini," kata Cook, seraya menyebut dampak tersebut sebagai 'tantangan signifikan'. .
Sementara itu, AS sendiri sedang berupaya mencari serangkaian opsi untuk mengurangi dampak ekonomi, baik dengan Bank Dunia dan IMF dan pada tingkat bilateral, tambah Cook.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Muhammad Syahrianto
Tag Terkait: