Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Opung Luhut Tolong Sudahi Wacana Tunda Pemilu, Imbasnya Penilaian Publik ke Kinerja Jokowi Menurun!

Opung Luhut Tolong Sudahi Wacana Tunda Pemilu, Imbasnya Penilaian Publik ke Kinerja Jokowi Menurun! Kredit Foto: Antara/BPMI-Muchlis Jr
Warta Ekonomi, Jakarta -

Tensi panas politik di Indonesia masih belum turun. Setelah wacana tipis-tipis petinggi partai politik lingkar kekuasaan Jokowi menyuarakan penundaan pemilu, orang dekat Jokowi yakni Luhut Binsar Pndjaitan juga main klaim big data pendukung tunda pemilu.

Meski Jokowi sudah mengluarkan sikap yang mana mengaku taat konstitusi, narasi alasan kebebasan berpendapat yang tidak boleh dibatasi yang Jokowi sampaikan dianggap banyak pihak melahirkan celah baru bagi para “pengkhianat konstitusi”.

Elit partai politik dan orang-orang di lingkaran kekuasaan Jokowi yang ters memunculkan wacana penundaan pemilu ini tidak jarang membuat berang sejumlah pihak.

Dengan alasan kebebasan berpendapat seakan-akan ingin mencoba “tes ombak” terkait perpanjangan kekuasaan ini.

Bahkan kini sikap pemerintah khsusunya Presiden Jokowi dibanding-bandingkan dengan Presiden Susiolo Bambang Yudhoyono.

Baca Juga: Ketegasan SBY Nggak Main-main Soal Tiga Periode, Refly Harun Bongkar Sejadi-jadinya, Simak!

Ketegasan SBY soal tiga periode jelas terlihat dalam video yang tersebar luas saat dirinya dalam sesi wawancara yang mana menyebutkan sekalipun konstitusi pada akhirnya mengizinkan, maka SBY tetap akan menolak tiga periode.

Lantas apakah suara penundaan pemilu dari lingkar kekuasaan Jokowi memengaruhi penilaian publik?

Secara umum kinerja Presiden Jokowi masih dinilai positif di mata publik pada umumnya.

Namun ada catatan penting yang mewarnai “keumuman” tersebut yang mana dalam setahun terakhir kepuasan terhadap kinerja Presiden Jokowi menurun dari 77 persen pada survei Maret 2021 menjadi 64,6 persen pada survei terakhir Maret 2022.

Itulah hasil survei dari Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC).

“Ada kecenderungan gagasan penundaan pemilu dan presiden tiga periode berkontribusi pada menurunnya tingkat kepuasan publik atas kinerja presiden,” jelas Direktur Riset SMRC, Deni Irvani dalam siaran pers tertulis yang wartaekonomi.co.id terima, dikutip Jumat (1/4/22).

Dalam hasil survei tersebut dijelaskan bahwa sikap warga yang pada umumnya menolak usulan penundaan pemilu menurunkan trend positif atas kinerja presiden.

Ada 72 persen dari pendukung penundaan pemilu karena alasan Covid-19 yang puas atas kinerja presiden. Sementara pada yang menolak penundaan pemilu, hanya 60 persen yang puas pada kinerja presiden.

“Ini konsisten dengan evaluasi warga atas arah perjalanan bangsa dan kinerja demokrasi. Ada 83 persen dari pendukung pemilu ditunda karena alasan Covid-19 yang menyatakan negara sedang bergerak ke arah yang benar. Angka ini menurun pada mereka yang tidak setuju penundaan pemilu, 67 persen,” jelas Deni dalam keterangan tertulis.

Selanjutnya Deni mengungkapkan mengenai arah berjalanan bangsa yang sebelumnya berada pada kisaran 80 persen menjadi 68 persen dalam survei Maret 2022.

Penurunan juga terjadi pada aspek kinerja demokrasi. Dijelaskan bahwa yang setuju ide penundaan pemilu karena alasan pandemi, 72 persennya puas atau sangat puas atas jalannya demokrasi. Sementara yang menolak penundaan pemilu, hanya 60 yang merasa puas atau sangat puas atas jalannya demokrasi.

Baca Juga: Ternyata Ada yang Dukung Jabatan Jokowi Sampai Tiga Periode, Jumlahnya Benar-benar Nggak Disangka!

“Tren kepuasan terhadap jalannya demokrasi dalam setahun terakhir mengalami pelemahan dari 71,9 persen pada survei Maret 2021 menjadi 61,7 persen dalam survei Maret 2022,” terang Deni.

Survei SMRC ini dilakukan pada 1220 responden yang dipilih secara acak dengan metode stratified multistage random sampling terhadap keseluruhan populasi atau warga negara Indonesia yang sudah memiliki hak pilih, yakni mereka yang berusia 17 tahun ke atas atau sudah menikah.

Response rate (responden yang dapat diwawancarai secara valid) sebesar 1027 atau 84%. Sebanyak 1027 responden ini yang dianalisis. Margin of error survei dengan ukuran sampel tersebut diperkirakan sebesar ± 3,12% pada tingkat kepercayaan 95% (asumsi simple random sampling). Wawancara tatap muka dilakukan pada 13 - 20 Maret 2022.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Bayu Muhardianto

Bagikan Artikel: