Tak Cuma Tahun Ini, Ternyata Soal Beda Awal Puasa dan Lebaran Muhammadiyah dan NU itu Hal Lama
Perbedaan awal puasa dan hari Lebaran bukan berita baru di Indonesia. Perbedaan itu sudah berlangsung sangat lama. Bahkan, sebagian besar umat Islam sudah memakluminya.
Salah satu rekam jejak tentang perbedaan awal puasa dan Lebaran itu, dicatat oleh Mohamad Roem (16 Mei 1908-24 September 1983), wakil perdana menteri dan menteri luar negeri di era Orde Lama.
Baca Juga: Menag Yaqut Terbitkan Surat Edaran, Isinya Ada yang Atur Materi Ceramah Saat Ramadan!
Sebagai sosok yang terbiasa menulis, Mohamad Roem mengisahkannya di Koran Indonesia Raya pimpinan Mochtar Lubis yang kemudian dibukukan dalam Bunga Rampai dari Sejarah.
Diceritakannya, pada tahun 1930-an, ketika dia bertetangga dengan Kyai Haji Mas Mansyur di Jembatan Lima, Jakarta, Roem bertandang ke rumah tokoh Muhammadiyah itu tepat di hari Lebaran. Namun, Roem sendiri masih berpuasa kala itu.
“Selamat Hari Raya Idul Fitri,” kata Roem kepada tuan rumah, dikutip Sabtu (2/4/2022).
“Terima kasih. Besok saya akan mengucapkan yang sama kepada saudara,” kata Mas Mansyur.
Kemudian, iseng-iseng Roem bertanya kepada Mas Mansyur, apakah puasanya haram karena sudah 1 Syawal menurut kalender Muhammadiyah?
“Tidak begitu, kalau saya masih puasa maka haramlah puasa saya karena saya menganut paham hisab. Bagi saudara larangan itu berlaku besok,” ujar Mas Mansyur yang dikenal ahli ilmu falak itu.
Baca Juga: Soal Ramadan, MUI Sebut Mau Aman Dunia Akhirat Ikuti Pemerintah, Muhammadiyah: Belum Puasa Malah...
Roem mengaku menjadi terang mendengar penjelasan itu.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Aldi Ginastiar
Tag Terkait: