Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Mentan SYL Jamin Ketersediaan 12 Pangan Dasar Selama Ramadhan

Mentan SYL Jamin Ketersediaan 12 Pangan Dasar Selama Ramadhan SYL | Kredit Foto: Kementan
Warta Ekonomi, Jakarta -

Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (SYL), turun langsung melakukan pengecekan ketersediaan 12 pangan dasar di Pasar Terong dan Pasar Pa'baeng-baeng Kota Makassar guna memastikan stok dalam memenuhi kebutuhan selama bulan Ramadhan hingga Idul Fitri, Sabtu (2/4/2022). Antara lain beras, bawang merah, bawang putih, cabe merah keriting, cabe rawit merah, daging sapi, daging ayam ras, telur ayam ras, termasuk minyak goreng.

"Saya turun mengecek ketersediaan 12 pangan dasar yang produksinya dibawah Kementrian Pertanian, dan hasilnya ketersediaannya cukup. Sebenarnya termasuk minyak goreng," kata Mentan SYL, usai sidak.

Baca Juga: Kementan Raih Penghargaan Digital Inovation Award 2022

Khusus minyak goreng, lanjut SYL, berdasarkan peninjauan di dua pasar itu, terlihat distribusi minyak goreng yang belum lancar. Karena itu, ia melakukan komunikasi melalui telpon langsung dengan Menteri Perindustrian, untuk memberikan attensi.

"Di agen ada, di pengecer ada. Tapi yang ditaruh di depan-depan itu hanya sedikit, jadi terkesan sedikit. Padahal menurut pedagangnya ada. Tapi terkesan sedikit dan terkondisi seperti itu. Saya masuk ke agen awalnya juga, ada tetapi suplainya tidak maksimal. Saya telpon distributor utama yang ada disini, dan saya sudah minta supaya mereka coba konsentrasi," jelasnya.

SYL yang pernah menjadi Gubernur Sulsel dua periode ini mengaku tidak mempersoalkan masalah harga, tetapi ketersediaannya harus ada. Kalau ketersediaan cukup, tentu saja antara suplai dan demand, akan terjadi penyesuaian-penyesuaian. 

"Yang susah memang minyak goreng. Tapi dari data yang kita miliki di pemerintah, alokasi minyak goreng kesini itu 17 ribu ton itu sudah cukup, sementara konsumsi hanya 9 ribu ton. Kalau begitu, semuanya harus ikut turun menangani masalah ini," bebernya.

Mentan SYL juga menemukan adanya kenaikan harga pada daging sapi impor, sementara untuk daging sapi lokal harganya tetap sama. Iapun langsung menghubungi Indoguna sebagai salah satu distributor daging impor di Sulsel, untuk turun tangan.

"Daging lokal aman, yang agak naik daging impor. Saya sudah telpon Indoguna untuk turun tangan, kenapa harus mahal. Tentu saja, biasa kalau mau Ramadhan ada kenaikan harga, tapi harusnya tidak melonjak jauh," terangnya.

Terkait ketersediaan 12 pangan dasar ini, Mentan SYL mengaku memonitor di 34 provinsi di Indonesia. Walaupun masalah harga bukan tugas Kementan, tetapi soal produksi berada dibawah Kementan. Iapun berharap, pemerintah daerah bisa lebih aktif, apalagi alokasinya cukup.

"Semua pejabat saya, Eselon I dan II, di minggu pertama Bulan Ramadhan, tidak ada di Jakarta, semua harus turun mengecek. Di distributor, importir dan lain-lain. Kalau kita turun, tentu memberi warning," imbuhnya.

Kementrian Pertanian, sambungnya, telah melakukan mapping. Ada daerah hijau yang surplus, dan yang kuning bisa mempersiapkan dirinya sendiri, tapi ada yang merah. "Yang merah itu kita tangani, kita dekatkan ke daerah sentra," pungkasnya.

SYL menambahkan, masalah kenaikan harga merupakan tantangan bagi seluruh negara di dunia, bukan hanya di Indonesia. Harga minyak goreng di negara lain juga sangat mahal. Hal tersebut merupakan imbas terjadinya pandemi Covid 19 selama dua tahun, sehingga tidak ada yang bisa berjalan reguler dan linear. Distribusi juga tidak berjalan lancar, sehingga terjadi tekanan-tekanan luar biasa.

Tidak sampai disitu. Isu pemanasan global yang mengubah cuaca menjadi cuaca ekstrim, membuat pertanian tidak aman. Australia sebagai negara yang mengimpor daging ke Indonesia, karena ada kebakaran besar disana, lahan rumput sapinya terganggu, dan produksi sapinya menurun cukup brsar. Karena itu, harga daging sapi diluar juga tinggi. 

"Kedelai juga sama. Yang tadinya diimpor dari Brazil dan Meksiko, sekarang bersoal dan harganya juga tinggi. Karena itu, kalau kita tergantung pada impor, harganya sampai disini juga tinggi," pungkasnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Alfi Dinilhaq

Bagikan Artikel: