Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Jualan Senjata Rusia di Asia Tenggara Gacor hingga Tembus 10 Miliar Dolar, Terkuak Alasannya

Jualan Senjata Rusia di Asia Tenggara Gacor hingga Tembus 10 Miliar Dolar, Terkuak Alasannya Kredit Foto: Instagram/Russian Army

ASEAN dalam sikap "wait and see"

Pada 9 Maret lalu, pemerintah Filipina mengatakan akan melanjutkan kesepakatan untuk membeli 17 helikopter angkut militer dari Rusia yang telah ditandatangani dan dibayar sebagian sebelum invasi Rusia ke Ukraina.

"Pengamat urusan militer kecewa dengan pembelian perangkat keras Rusia bahkan sebelum invasi,” kata Joshua Bernard Espena, seorang analis pertahanan yang berbasis di Manila.

Namun, pemerintah Asia Tenggara menghadapi dilema ketika perang Ukraina memasuki minggu keenam, di tengah serangkaian dugaan kekejaman Rusia yang terus bertambah dan ketika para pemimpin Barat menyerukan Presiden Rusia Vladimir Putin untuk diadili atas kejahatan perang.

Pengadaan senjata dan latihan bilateral dengan Rusia "akan menjadi isu yang sangat sensitif bahkan setelah perang di Ukraina berakhir," kata Carl Thayer, seorang profesor emeritus dari Universitas New South Wales di Australia.

"Sebagian besar negara kawasan dan ASEAN sendiri akan mengambil sikap menunggu dan mengamati dengan hati-hati agar tidak meningkatkan ketegangan atau menjatuhkan sanksi hukuman seperti yang dilakukan Amerika Serikat dan negara-negara Eropa," kata Thayer.

Ketergantungan pada senjata Rusia

Uni Eropa, misalnya, dapat memberikan sanksi terhadap pemasok senjata Rusia kepada militer Myanmar, kata Kristina Kironska, seorang akademisi berbasis di Bratislava yang mengkhususkan diri di Myanmar.

"Saya yakin Rusia dan Myanmar akan menemukan cara untuk bekerja sama," katanya.

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Bagikan Artikel: