Kocar Kacir Dikejar Aparat tapi Gak Dibela Persekutuan Gereja, Saifuddin Marah-marah: Bubarkan PGI!
Pendeta Saifuddin Ibrahim terus-terusan berulah kendati kini telah menjadi tersangka penistaan agama serta ujaran kebencian yang menyinggung suku, agama, ras dan antargolongan (Sara) setelah menyebut 300 ayat Alquran mengajarkan radikalisme.
Setelah menyinggung umat Islam, Saifuddin kini menyerang Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (PGI). Dia meminta lembaga ini dibubarkan saja karena menurutnya tidak ada manfaatnya.
Saifuddin mengatakan, prioritas PGI kata adalah mencari keuntungan, bukan bekerja dan mendedikasikan diri untuk masyarakat. Itu disampaikan Saifuddin karena lembaga tersebut tak mau membela dirinya yang saat ini sedang kocar-kacir mencari tempat persembunyian dari kejaran aparat.
Baca Juga: Dari Amerika Serikat Pendeta Saifuddin Lantang Ngomong: UAS Penista Agama yang Harus Ditangkap!
"Tiap tahun lu dapet uang 1 M untuk PGI saja. Kedepannya itu jangan lagi dikasih uang untuk PGI itu, nggak ada gunanya organisasi macam begitu, katanya ga perlu komentarin Saifuddin Ibrahim," kata Saifuddin dalam sebuah tayangan di TV One dengan judul Saya Masuk Kristen Karena Disuruh oleh Alquran dikutip Populis.id Senin (11/4/2022).
Saifuddin juga tidak rela jika organisasi PGI mendapat uang sebesar satu miliar setiap tahun dari negara. Sebab ia menganggap organisasi tersebut tidak pernah berdakwah untuk kepentingan agama.
"Kejahatan yang kamu lakukan itu, menginjil enggak, dapat uang banyak," ujarnya.
Saifuddin menilai organisasi PGI tidak lagi dibutuhkan oleh umat sehingga pemerintah juga perlu untuk membubarkan organisasi tersebut.
"Tidak menjadi berkat bagi orang lain, bubarkan PGI itu. Nggak diperlukan organisasi yang banyak," katanya.
Tidak hanya itu, ia juga meminta agar pemerintah membatasi jumlah partai politik. Sebab tidak ada gunanya partai politik banyak jika tidak mau membela kepentingan rakyat. Sehingga menurutnya hanya tiga partai yang perlu dipertahankan, sisanya patut untuk dibubarkan.
"Bubarkan juga partai-partai politik yang tidak membela rakyat, tidak ada gunanya macam begitu, Indonesia rusak gara-gara kebanyakan partai politik," pungkasnya.
"Cukup itu yang dulu jaman Soeharto, Golkar, PDIP dan partai lambang kabah," sambung dia.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Rosmayanti
Tag Terkait: