- Home
- /
- New Economy
- /
- Energi
Dibutuhkan 559 Ribu Tenaga Kerja Buat Garap EBT, Schneider Go Green Fasilitasi Minat Generasi Muda
Schneider Electric mengungkapkan perkembangan dan ketersediaan teknologi digital dan otomasi yang semakin hari semakin canggih membutuhkan daya imajinasi dan kreativitas sumber daya manusianya dalam menciptakan solusi-solusi inovatif untuk tujuan keberlanjutan.
Mempersiapkan talenta muda dengan keterampilan yang berimbang antara aspek teknis (hard skill) dan non-teknis (soft skill) dapat dilakukan dengan menyediakan ruang kolaboratif bagi mereka untuk turut andil memikirkan dan mencari solusi atas permasalahan yang dihadapi masyarakat global, seperti Schneider Go Green.
Kementerian ESDM pun memandang bahwaa upaya transisi energi dan dekarbonisasi yang saat ini telah menjadi trend global, akan meningkatkan permintaan pasar untuk SDM di bidang aneka energi baru terbarukan diproyeksikan akan meningkat.
“Estimasi kami, dengan rencana emisi nol bersih Indonesia di 2060, untuk O&M Pembangkit Listrik Tenaga (PLT) EBT dibutuhkan kurang lebih 559 ribu tenaga kerja. Sedangkan untuk konstruksi dan instalasi PLT EBT pada rentang 2030 hingga 2060 di proyeksikan 8,96 juta tenaga kerja, atau rata-rata menyerap 298 ribu tenaga kerja per tahun,” ujar Andriah Feby Misna, Direktur Bioenergi, Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi Kementerian ESDM, di Jakarta, Rabu (13/4/2022).
Baca Juga: Kisah Perusahaan Raksasa: Dibentuk untuk Industri, Schneider Transformasi Jadi Energi Keberlanjutan
Ia menuturkan bila kompetensi yang dibutuhkan antara lain Perencanaan Pembangunan PLT EBT, Pemasangan dan Pembangunan PLT EBT, Pengoperasian Pembangkit PLT EBT, Pemeriksaan dan Pengujian PLT EBT, dan Pemeliharaan Pembangkit PLT EBT.
Baca Juga: Dorong Percepatan Pemanfaatan EBT, Kementerian ESDM Kebut Penyelesaian Regulasi
"Kami sangat mengapresiasi acara Schneider Go-Green 2022 ini sebagai media untuk menuangkan ide cemerlang, inovasi dan kreativitas para generasi muda dalam mendorong pengembangan EBT. Mereka juga diajak untuk mengasah empati dan analytic thinking untuk melihat berbagai permasalah yang ada di Indonesia terkait akses terhadap energi dan bagaimana menyediakan energi yang bersih, handal dan terjangkau kepada masyarakat yang juga menjadi salah satu tujuan dari SDGs,” ungkapnya.
Andriah menyebut jika kolaborasi dengan industri sangat penting untuk membantu ide-ide dan hasil penelitian ini bisa discale up ke tahap komersial. Dan apa yang dilakukan oleh Schneider sangat baik untuk mewujudkan ide/inovasi tersebut untuk selanjutnya dapat dikembangkan secara komersial.
“Tentunya Pemerintah sangat mendorong upaya untuk mewujudkan ide/hasil penelitian ke tahap komersial ini,” terangnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Annisa Nurfitri
Editor: Annisa Nurfitri
Tag Terkait: