Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Dukung Transisi Energi, Bank DBS Indonesia Salurkan Pinjaman US$27,5 Juta kepada Indika Energy

Dukung Transisi Energi, Bank DBS Indonesia Salurkan Pinjaman US$27,5 Juta kepada Indika Energy Kredit Foto: Bank DBS Indonesia
Warta Ekonomi, Jakarta -

Bank DBS Indonesia menyalurkan fasilitas pinjaman senilai US$27,5 juta kepada Indika Energy, melalui anak usaha PT Jaya Bumi Paser (JBP). Dana tersebut merupakan gabungan dari pendanaan jangka pendek dan panjang untuk berbagai kegiatan perusahaan.

Pendanaan ini ditujukan untuk membiayai pengembangan sumber energi baru dan terbarukan berbasis biomassa yang berkelanjutan dan menerapkan standar Forest Stewardship Council (FSC) oleh JBP di Kalimantan Timur.

Baca Juga: Bank DBS Indonesia Tingkatkan Upaya Keberlanjutan dalam Mengelola Jejak Lingkungan

Kerja sama antara Bank DBS Indonesia dan Indika Energy merupakan transition financing yang dimaksudkan untuk mendanai proyek pengembangan sumber energi baru dan terbarukan berbasis biomassa, yaitu wood pellet yang akan dilakukan oleh JBP. JBP adalah perusahaan pemegang Perizinan Berusaha Pemanfaatan Hutan (PBPH) yang memiliki konsesi hutan tanaman industri seluas 23.590 ha di Kalimantan Timur yang saat ini ditanami pohon kaliandra untuk dijadikan bahan baku wood pellet sebagai energi biomassa.

"Kini makin banyak perusahaan yang memahami tentang pentingnya aspek ESG dalam operasionalnya, dan salah satu hal yang mendesak adalah menghijaukan sektor industri yang bertanggung jawab atas emisi karbon yang intensif. Di sinilah peran sektor finansial untuk membantu transisi pada perusahaan yang awalnya carbon-intensive dan mulai menjauh dari bahan bakar fosil," kata Kunardy Lie, Head of Institutional Banking Group Bank DBS Indonesia, dalam keterangan tertulis, Senin (18/4).

"Kami senang dapat bermitra dengan Indika Energy melalui transition financing ini. Transition financing membuat industri perbankan memainkan peran kunci dalam menggalakkan dan turut berpartisipasi dalam menjaga kelestarian dan keseimbangan lingkungan," tambahnya.

Di dalam proyek ini, JBP akan menerapkan standar FSC yang dimulai dari pemetaan area proyek, pembukaan lahan, penanaman, pemanenan, hingga proses produksi wood pellet. Saat ini JBP dalam proses untuk mendapatkan sertifikasi FSC. Produk wood pellet yang dihasilkan oleh JBP ini dapat dijadikan sebagai sumber bahan bakar pada Pembangkit Listrik Tenaga Biomassa (PLTBm).

Wood pellet sendiri dikategorikan sebagai energi hijau yang berkelanjutan karena bahan bakunya berasal dari non-fosil dan proses dari tanam hingga panen membutuhkan waktu yang cukup singkat, yakni 1 hingga 2 tahun.

Director & Group Chief Financial Officer Indika Energy, Retina Rosabai, menjelaskan bahwa Indika Energy melakukan diversifikasi sebagai bagian dari strategi pengembangan usaha termasuk dalam energi baru dan terbarukan (EBT), solusi berbasis alam, kendaraan listrik, serta bidang teknologi digital. Pengembangan sektor EBT dan solusi berbasis alam ini adalah salah satu upaya perusahaan dalam mendukung transisi energi nasional yang membutuhkan investasi yang cukup besar, serta perlu didukung oleh sektor perbankan dan stakeholders lainnya.

"Kami sangat antusias dengan kemitraan ini karena merupakan transition financing yang pertama bagi Indika Energy dan Bank DBS Indonesia. Kami berharap hal ini merupakan awal yang baik bagi pengembangan bisnis berkelanjutan Indika Energy ke depannya," ungkap Retina.

Sebagai informasi, Bank DBS Group memiliki agenda keberlanjutan yang terbagi menjadi tiga pilar sustainability, yaitu Responsible Banking, Responsible Business Practices, dan Creating Social Impact. Dalam menjalankan pilar Responsible Banking, Bank DBS Group menyediakan layanan berbasis ESG, di antaranya: sustainability linked-loan, sustainability linked-bonds–di mana Bank DBS Indonesia berlaku sebagai arranger dan sustainable-project financing

Menurut Bank DBS Group, penilaian utama jika sebuah aset atau kegiatan dapat dikatakan sedang "bertransisi" adalah pada tingkat dekarbonisasi. Dengan diluncurkannya Sustainable and Transition Finance Framework and Taxonomy pada Juni 2021, DBS Group menjadi yang pertama menjaring permintaan akan pembiayaan transisi di Asia dengan peluang di enam market terutama Singapura, India, Indonesia, dan Tiongkok. Selama 2,5 tahun terakhir, DBS Group telah membukukan 100 deals senilai US$12 miliar (US$8.72 miliar).

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Imamatul Silfia
Editor: Puri Mei Setyaningrum

Bagikan Artikel: