- Home
- /
- Kabar Finansial
- /
- Bursa
IHSG Diprediksi Bergerak Secara Terbatas dengan Dibayangi Isu The Fed Menaikkan Suku Bunga
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diproyeksikan berpotensi dalam rentang terbatas pada perdagangan hari ini, Rabu (20/4/2022). Pergerakan indeks saham akan berada di kisaran 7,199 dan berpotensi menutup gap pada area 7,128.
"IHSG berpotensi mengalami koreksi dalam waktu dekat. Pergerakan IHSG untuk 20 April 2022 diperkirakan dibuka pada harga 7,199 dan berpotensi menutup gap pada area 7,128," jelas Gema Goeyardi, Founder and CEO Astronacci, Rabu (20/4/2022).
Baca Juga: IHSG Mengamuk saat Harga Emas Hari Ini Ambruk!
Saat ini, kata dia, IHSG dibayangi oleh sentimen negatif akibat langkah agresif the Fed dalam menaikkan suku bunga FFR dan rilis laporan keungan emiten. Kekhawatiran akan terus naiknya yield obligasi Amerika Serikat untuk tenor 10 tahun yang mendekati 2.9%.
"Selain itu, diturunkannya outlook ekonomi global oleh Bank Dunia pun menjadi sentimen negatif yang juga berdampak pada indeks Amerika Serikat yang terus mengalami penurunan," jelas Gema.
Gema menjelaskan bahwa dari Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) masih menempatkan tingkat suku bunga acuan atau BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) masih berada pada level 3.5% pada Selasa (19/4/2022). Selain itu, BI juga masih mempertahankan suku bunga Deposit Facility sebesar 2.75% dan suku bunga Lending Facility sebesar 4.25%. Keputusan ini diambil untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah dan inflasi.
Baca Juga: Tinggalkan Level 7.200! IHSG Ambruk Makin Dalam, Koreksi Capai 1,05% pada Sesi Kedua
"Hal ini juga berdampak kepada pergerakan IHSG yang kemungkinan bergerak ranging menjelang hari raya Idul Fitri," jelasnya.
Gema juga memprediksi masih ada sentimen negatif beberapa pekan ini dari juga melihat beberapa sentimen negatif datang dari luar negeri sehingga menjadi bagian dari beberapa faktor yang menentukan pergerakan IHSG hari ini bervariasi.
"Misalnya, kami melihat indeks AS yang beberapa pekan ini sedang bergerak melemah karena disebabkan oleh kenaikan US Treasury yield (yang telah mencapai level tertinggi sejak akhir 2018) dan kekhawatiran akan tingkat inflasi seiring kenaikan harga-harga komoditas. Kenaikan US Treasury akan membuat dolar US menguat dan rupiah pun menjadi tertekan," jelasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Ratih Widihastuti Ayu
Editor: Ayu Almas
Tag Terkait: