Eks Sandera Blak-blakan Beri Peringatan buat Israel, Sebut Garda Revolusi Iran Pelajari...
Korps Garda Revolusi Iran (IRGC) diduga berusaha untuk belajar bahasa Ibrani, mungkin untuk tujuan spionase. Pernyataan tersebut diungkap oleh akademisi Australia, Kylie Moore-Gilbert dalam buku barunya The Uncaged Sky, yang ditulis pasca-penyanderaan dirinya tahun 2018-2020.
Bagian memukau dari akun Moore-Gilbert tentang penahanannya menyatakan bahwa Mohammad Reza, seorang pejabat IRGC yang menginterogasinya, berkata kepada Moore-Gilbert: “Sudahkah Anda memikirkan apa yang dapat Anda tawarkan kepada kami? Anda harus datang kepada kami dengan sebuah penawaran. Bisakah saya membuat saran? Anda berbicara bahasa Ibrani. Anda bisa memberi kami pelajaran.”
Baca Juga: Masjid Al-Aqsa Memanas, Iran Kembali Kritik Normalisasi Negara Arab
Seperti dilansir Jerusalem Post, Kamis (21/4/2022), Moore-Gilbert menulis, “Mata saya melebar karena terkejut. IRGC ingin aku mengajari mereka bahasa Ibrani! Pikiran tentang saya di ruang kelas yang mengajar bahasa Yahudi ke ruangan yang penuh dengan ekstremis Islam antisemit sangat menarik sekaligus menakutkan.”
Dia mengatakan kepada Reza bahwa “Jika Anda setuju untuk membebaskan saya dari penjara dan mengirim saya pulang. Saya bersedia mengajari Anda bahasa Ibrani. Tapi aku tidak mau memata-mataimu. Saya bukan mata-mata, dan saya tidak tertarik menjadi mata-mata.”
Pertukaran tahanan, dan bukan pelajaran bahasa Ibrani, akhirnya mengamankan kebebasan Moore-Gilbert pada November 2020. Pemerintah Thailand membebaskan tiga terpidana Iran yang merencanakan ledakan bom di Bangkok pada 2012 dengan imbalan pembebasan Moore-Gilbert.
Akademisi Timur Tengah Moore-Gilbert dipenjara selama 804 hari dalam sistem hukuman brutal Republik Islam atas tuduhan palsu bahwa dia adalah mata-mata Israel.
AS memberikan sanksi kepada IRGC sebagai entitas teroris asing.
Moore-Gilbert mengatakan kepada interogator IRGC-nya bahwa dia belajar bahasa Ibrani di Israel dan bahasa Arab selama studi akademisnya dan mengunjungi negara-negara Arab.
"Ini adalah hal yang salah untuk dikatakan, itu akan terjadi, tetapi saya tidak menyadarinya pada saat itu," katanya, dilansir Jerusalem Post.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Muhammad Syahrianto