Indonesia, lanjut Didi, merupakan salah satu lumbung kayu terbesar di dunia yang berpotensi menguasai pasar dengan memasok kayu ringan secara berkesinambungan. Hal ini juga disesuaikan dengan selera konsumen yang menginginkan material ringan, fleksibel dalam pengaplikasiannya, ramah lingkungan, dan lestari.
"Kayu ringan memiliki keunggulan, yaitu rata-rata dapat dipanen dalam kurun waktu 4-7 tahun, memberikan nilai ekonomis tinggi karena waktu tanam yang cepat, serta dengan umur tanam yang cepat juga membuat reforestasi lebih mudah dan menarik minat bagi pasar dunia. Sedangkan dalam berbisnis, kayu ringan merupakan sumber bahan baku yang mudah. Artinya, industri kayu ringan menjadi menarik untuk dikembangkan," jelas Didi.
Baca Juga: Kemenparekraf dan Accor Group Tandatangani MoU Terkait Penggunaan dan Pemasaran Produk Ekraf UMKM
Didi juga menjelaskan, melalui penandatanganan MoU dan TA ini, akan dilakukan berbagai kegiatan yang melibatkan berbagai pemangku kepentingan di Indonesia dan luar negeri. Kegiatan tersebut antara lain mengedukasi konsumen mengenai manfaat kayu ringan, tidak hanya sebagai produk unggulan tetapi juga dapat mendukung kesejahteraan petani, ramah lingkungan, dan sumber andalan ekspor; membentuk pusat inovasi kayu ringan (lightwood innovation center); dan mengadakan pelatihan memanfaatkan kayu ringan melalui berbagai inovasi.
Selain itu, Kemendag dan Fairventures Worldwide juga akan mempromosikan Sistem Verifikasi Legalitas Kayu (SVLK) di Eropa, membina 2000 petani kayu sengon dengan cakupan wilayah 2000 ha kebun sengon dan menyebarkan dua juta bibit sengon. Dalam mewujudkan tujuan MoU ini, Kemendag dan Fairventures Worldwide juga menggandeng tujuh kementerian dan pemerintah daerah.
Baca Juga: KADIN Indonesia dan Papua Nugini Teken MoU Penguatan Kerja Sama Dagang dan Investasi
Didi menjelaskan, sebagai wujud nyata dari kerja sama ini, Fairventures Worldwide akan meluncurkan proyek percontohan berupa rumah berbahan baku kayu ringan seluas 70m2 yang akan ditempatkan di Kantor Dinas Kehutanan Provinsi Kalimantan Tengah. Modular ini akan dibangun secara efisien menggunakan sistem konstruksi kayu modular (modular timber construction) yang membutuhkan waktu pembangunan hanya maksimal tiga hari.
Sistem inilah yang ingin diperkenalkan oleh Fairventures Worldwide kepada petani, produsen, serta pemangku kepentingan terkait. Tujuannya untuk meningkatkan kesadaran bahwa kayu ringan memiliki nilai tambah yang sangat tinggi dengan diversifikasi produk ekspor yang beragam.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Martyasari Rizky
Editor: Ayu Almas
Tag Terkait: