Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Akankah Biden Penuhi Undangan Bennett ke Israel di Tengah Kekerasan atas Palestina?

Akankah Biden Penuhi Undangan Bennett ke Israel di Tengah Kekerasan atas Palestina? Kredit Foto: Reuters/Leah Millis
Warta Ekonomi, Washington -

Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden menerima undangan dari Perdana Menteri Naftali Bennett untuk mengunjungi Israel.

Biden telah menerima undangan untuk mengunjungi Israel dalam beberapa bulan mendatang, tidak ada pihak yang memberikan kepastian tanggal untuk perjalanan tersebut.

Baca Juga: Gak Puas Gelontorkan Rp11 Triliun, di Depan Kongres Biden Minta Lebih Banyak Uang buat Ukraina

Biden dan Bennett melakukan pembicaraan pada Minggu (24/4/2022) terkait kekerasan di Yerusalem. Bennett mengatakan kepada Biden  tentang upaya menghentikan kekerasan dan hasutan di Yerusalem. Sebelumnya para pejabat AS mengatakan, mereka telah terlibat dengan perwakilan Israel, Palestina dan Arab di tengah meningkatnya ketegangan.

Lebih dari 300 warga Palestina ditangkap dan lebih dari 200 lainnya terluka sejak pasukan Israel melancarkan serangan di kompleks Masjid Al-Aqsha, yang terletak di Yerusalem Timur mulai 15 April. Pihak berwenang Israel mengatakan, mereka memasuki kompleks Masjid Al-Aqsa untuk memfasilitasi serangan oleh orang-orang Yahudi sayap kanan ke tempat suci.  

Gedung Putih mengatakan, Biden menyerukan upaya berkelanjutan antara pejabat Israel dan Palestina untuk menurunkan ketegangan dan memastikan akhir yang damai selama Ramadhan.

"Presiden Biden juga menegaskan dukungannya untuk Israel dan kebutuhan pertahanannya, dan kedua pemimpin itu (Biden dan Bennett) telah membahas ancaman yang ditimbulkan oleh Iran dan proksinya," ujar pernyataan Gedung Putih, dilansir Aljazirah, Senin (25/4/2022).

Pemerintah Israel mengatakan, Bennett dan Biden membahas permintaan Teheran untuk menghapus Garda Revolusi Iran dari daftar hitam AS. "Saya yakin bahwa Presiden Biden tidak akan membiarkan Garda Revolusi disingkirkan (dari daftar hitam)," kata Bennett.

Israel menentang upaya AS menghidupkan kembali kesepakatan nuklir internasional 2015 dengan Iran. Israel mengatakan, kesepakatan itu tidak dapat mencegah Teheran mengembangkan senjata nuklir. Mantan presiden Donald Trump menarik AS keluar diri dari kesepakatan nuklir pada 2018 secara sepihak, dan menjatuhkan sanksi ekonomi terhadap Iran.

Sejak itu, Iran terus meningkatkan pengayaan uranium hingga mendekati senjata nuklir. Iran mengklaim pengayaan uranium tersebut bertujuan untuk tujuan medis.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Bagikan Artikel: