Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

ICDX Memprediksi CPO dan Logam Masih Akan Alami Pergolakan Harga pada Kuartal II-2022

ICDX Memprediksi CPO dan Logam Masih Akan Alami Pergolakan Harga pada Kuartal II-2022 Kredit Foto: BPDPKS
Warta Ekonomi, Jakarta -

Bursa Komoditi ICDX menilai pada kuartal II-2022, komoditi seperti minyak mentah dan logam seperti emas masih akan mengalami pergolakan harga sehingga menarik untuk ditransaksikan. Hal ini terlihat dari produk emas yang ada di ICDX yang merupakan penyumbang volume transaksi multilateral terbesar dengan kontribusi sebesar 56,79 persen.

Sementara itu, sepanjang kuartal I-2022 kemarin, ICDX mencatatkan total volume transaksi multilateral mencapai 240.763 lot atau naik hampir 50 persen dibanding kuartal I-2021.

"Selain konflik Rusia dan Ukraina yang masih memanas, kondisi di pasar global lainnya yakni penguncian kembali di China akibat melonjaknya kembali kasus Covid-19 turut memicu kekhawatiran akan melambatnya perekonomian global. Ketidakpastian yang terjadi pada ekonomi global ini membuat pelaku pasar cenderung mengalihkan investasi mereka ke aset safe haven yaitu produk emas," jelas Research & Development ICDX, Girta Yoga dalam siaran resminya, Kamis (28/4/2022).

Baca Juga: Kembangkan Pasar Syariah, CIMB Niaga Jalin Kemitraan dengan Bursa Komoditi ICDX dan ICH

Menurutnya, konflik Rusia-Ukraina yang masih berlangsung hingga kuartal II-2022 dapat memperburuk kekurangan pasokan sejumlah komoditi dan menyebabkan harga yang lebih tinggi. Rusia adalah pengekspor penting hidrokarbon, pupuk, dan logam, sementara Rusia dan Ukraina adalah produsen utama biji-bijian seperti gandum dan jagung.

Sebagai informasi, Rusia menghadapi kesulitan dalam mengekspor beberapa produknya karena sanksi, masalah logistik, dan keengganan beberapa mitra dagang untuk membeli produk Rusia, sementara Ukraina telah terputus secara fisik dalam banyak hal. Konflik tersebut telah menyebabkan lonjakan harga komoditas yang meluas. Harga beberapa komoditas, seperti minyak mentah telah melonjak lebih dari 30% di awal kuartal II-2022.

"Harga minyak sawit secara global dipengaruhi oleh dua produsen terbesar yaitu Indonesia dan Malaysia. Di Malaysia saat ini sedang terjadi masalah upah tenaga kerja perkebunan. Sementara itu, pemerintah telah menetapkan larangan ekspor minyak sawit Indonesia sebagai upaya untuk memastikan ketersediaan minyak di Indonesia. Produk subsitusinya yakni minyak nabati juga sedang mengalami tren kenaikan. Sehingga untuk minyak masih akan menunjukkan tren bullish," ujar Yoga.

Baca Juga: ICDX: Konflik Rusia-Ukraina Dorong Harga Komoditas Melejit Naik

Memasuki kuartal II-2022, ICDX juga mencatatkan produk forex sebagai saalah satu penyumbang volume terbesar dengan kontribusi sebesar 31,55%. Oleh karena itu, untuk mendukung pertumbuhan tersebut hingga April ini ICDX telah meluncurkan delapan kontrak forex baru yakni Hingga April 2022, ICDX telah menambah sebanyak delapan pairs forex baru yakni AUDCAD Mini, AUDCHF Mini, USDCNY Micro, GBPJPY Micro, USDSGD Micro, EURAUD Micro, GBPAUD Micro, dan NZDCAD Mini.

Pada pasca lebaran nanti, yang akan berperan adalah tingkat mobilitas masyarakat. Hal ini juga akan dipengaruhi oleh kondisi sebaran kasus Covid-19.

"Harga-harga juga tidak akan lepas dari pengaruh harga bahan bakar minyak dan biaya transportasi barang. Terutama komoditas yang diimpor dari luar negeri. Komoditas seperti kedelai dan gandum serta turunannya, lebih dari separuh kebutuhan nasional masih diimpor dari negara lain. Khusus untuk gandum dan turunannya, berdasarkan data, pada tahun 2020, 29,4% impor Indonesia berasal dari Ukraina dan Rusia," jelas Vice President of Research and Development ICDX, Isa Djohari.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Martyasari Rizky
Editor: Ayu Almas

Bagikan Artikel: