Pelayanan mudik dan arus balik Lebaran tahun ini masih belum maksimal. Karena itu, Pemerintah terus melakukan evaluasi agar pengaturan mudik di tahun berikutnya bisa lebih baik.
Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi mengaku secara terang-terangan, apa yang dilakukannya dalam penanganan mudik Lebaran tahun ini belum maksimal.
BKS-sapaan akrab Budi Karya Sumadi, menyebut, tantangan Pemerintah dalam pelayanan mudik karena jumlah pemudik membludak tahun ini. Hasil survei Kementerian Perhubungan (Kemenhub) mengungkapkan, jumlah pemudik diperkirakan mencapai 85,5 juta orang.
“Kami sampaikan permohonan maaf belum bisa memenuhi harapan semua pihak,” ucap BKS dalam keterangan resminya di Jakarta, kemarin.
Mantan Dirut Angkasa Pura ll ini memastikan pihaknya akan mengevaluasi kegiatan mudik tahun ini. Kemenhub telah menerima berbagai masukan untuk memperbaiki kekurangan dalam pelayanan mudik.
Menurutnya, segala kebijakan dalam pelayanan mudik dan arus balik merupakan hasil survei, simulasi, dan diskusi yang dilakukan secara sistematis.
“Yang paling masif adalah rekan-rekan Kepolisian di jalur darat, penyeberangan, udara, kereta api dan laut,” kata BKS.
Walaupun pelayanan mudik belum maksimal, BKS berharap kegiatan mudik tahun ini menjadi awal kebangkitan ekonomi dan tanda dimulainya masa endemi.
BKS mengimbau masyarakat selalu menjaga protokol kesehatan (prokes) usai masa mudik untuk mencegah penularan Covid-19.
“Kami sampaikan terima kasih kepada para pemudik yang telah mengikuti imbauan Pemerintah. Apresiasi juga atas kolaborasi dan komunikasi yang baik antar Kementerian dan Lembaga, Polri, operator sarana dan prasarana transportasi dan unsur lainnya,” tutur BKS.
Ketua Bidang Advokasi dan Kemasyarakatan Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Pusat Djoko Setijowarno mengatakan, ada banyak hal yang harus dievaluasi dari arus mudik Lebaran tahun ini.
Evaluasi pertama, kata Djoko, kurangnya komunikasi Pemerintah dan aparat Kepolisian dalam memanfaatkan jalan non-tol. Ini berakibat lalu lintas di tol terlalu menumpuk, sedangkan jalur arteri terbilang lengang.
Menurut Djoko, jalan non-tol yang biasanya ramai menjadi lebih lengang karena pengendara memilih jalan tol.
“Sampai-sampai bahu jalan digunakan untuk beristirahat, karena rest area sudah tidak dapat menampung pemudik untuk istirahat,” katanya.
Djoko mengatakan, jalan tol menjadi pilihan utama pemudik tahun ini karena sangat memangkas waktu tempuh perjalanan.
Djoko mengaku, mencoba langsung perjalanan ke Jawa Tengah melalui jalan tol. Hasilnya, waktu tempuh hanya sekitar 12 jam, dari sebelumnya yang perlu menyewa penginapan untuk istirahat.
Nah, masyarakat yang menggunakan kendaraan pribadi berbondong-bondong menggunakan jalan tol saat arus mudik. Akibatnya, jalan tol tidak mampu menampung volume kendaraan yang tiba-tiba melonjak.
Selanjutnya, evaluasi dari sisi kebijakan. Seperti rekayasa lalu lintas satu arah atau one way dan ganjil genap. Djoko melihat hal itu sudah mampu mengurai kemacetan.
Namun, lebih efektif jika kebijakan itu ditegakkan dengan mengarahkan pemudik ke jalur arteri juga, supaya tol tidak terlalu padat.
“Kalau tol penuh ya dibuang keluar ke arteri, biar ekonomi lokalnya juga maju kan, turut menikmati. Cuma mungkin bersinggungan dengan sepeda motor, orang jadi orang,” ujarnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Boyke P. Siregar
Tag Terkait: