Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Tahun 2021, Indika Energy (INDY) Cetak Laba Bersih US$ 57,7 Juta dan Laba Inti US$ 227,9 Juta!

Tahun 2021, Indika Energy (INDY) Cetak Laba Bersih US$ 57,7 Juta dan Laba Inti US$ 227,9 Juta! Kredit Foto: Antara/Basri Marzuki
Warta Ekonomi, Jakarta -

Perusahaan investasi dengan portofolio bisnis yang terdiversifikasi, PT Indika Energy Tbk. (Perseroan), merilis Laporan Keuangan konsolidasi untuk tahun yang berakhir pada 31 Desember 2021. Perseroan mencetak Laba Bersih US$ 57,7 juta dan Laba Inti US$ 227,9 juta. Melalui anak usaha Kideco Jaya Agung (Kideco), Perseroan mengalokasikan 34% dari total produksi untuk kebutuhan dalam negeri – jauh melebihi ketentuan 25% Domestic Market Obligation (DMO). Di tengah meningkatnya permintaan dan harga jual batubara global, Perseroan kian memprioritaskan untuk memperkuat diversifikasi di sektor non-batubara dan komitmen terhadap Environmental, Social, and Governance (ESG).

Di tahun 2021, Indika Energy membukukan Pendapatan sebesar US$ 3.069,2 juta, atau naik 69,2% dibandingkan US$ 1.813,8 juta pada tahun 2020. Kenaikan Pendapatan Perseroan terutama disebabkan oleh meningkatnya harga jual batubara dimana indeks rata-rata Newcastle di tahun 2021 sebesar US$ 137,3 per ton dibandingkan US$ 60,7 per ton di tahun sebelumnya.

Baca Juga: Garuda Indonesia (GIAA) Ajukan Perpanjangan Proses PKPU, Alasannya...

Anak-anak perusahaan lainnya seperti Kideco, Indika Indonesia Resources, dan Interport juga mencatat kenaikan Pendapatan. Di tahun 2021, Pendapatan Kideco meningkat 75,8% menjadi US$ 2.196,9 juta – terutama disebabkan karena meningkatnya harga jual batubara rata-rata dan volume penjualan. Kideco menjual 35,8 juta ton batubara dengan harga jual rata-rata sebesar US$ 61,4 per ton. Pendapatan Indika Indonesia Resources meningkat 154,8% menjadi US$ 491,4 juta dibandingkan US$ 192,9 juta di tahun 2020 disebabkan kenaikan pendapatan dari MUTU dan bisnis perdagangan batubara. Pendapatan Interport juga meningkat 86,5% menjadi US$ 29,0 juta, dimana US$ 22,0 juta diantaranya berasal dari terminal penyimpanan bahan bakar PT Kariangau Gapura Terminal Energi (KGTE). Sementara itu, Pendapatan Tripatra menurun 22,6% menjadi US$ 231,6 juta dari sebelumnya US$ 299,4 juta di tahun 2020 yang terutama disebabkan karena berkurangnya Pendapatan dari proyek BP Tangguh dan proyek Emily, serta sudah terlaksananya proyek Vopak.

Laba Kotor Perseroan meningkat 429,8% menjadi US$ 918,1 juta dari US$173,3 juta di tahun 2020. Beban Penjualan, Umum dan Administrasi tercatat meningkat 43,4% dari US$ 101,4 juta di tahun 2020 menjadi US$ 145,4 juta di tahun 2021 – terutama dikarenakan naiknya biaya pemasaran di Kideco dan meningkatnya beban sewa kapal tunda dan tongkang di MUTU.

Sementara itu, Beban Keuangan Perseroan menurun 5,8% dari US$ 111,3 juta menjadi US$ 104,9 juta di tahun 2021 terutama disebabkan karena adanya biaya one-off percepatan amortisasi atas biaya penerbitan obligasi dan call premium atas pelunasan lebih awal terhadap obligasi yang jatuh tempo pada tahun 2022 dan 2023 di tahun 2020.

Sebagai hasilnya, Perseroan membukukan Laba yang Diatribusikan kepada Pemilik Entitas Induk sebesar US$ 57,7 juta, dibandingkan Rugi sebesar US$ 117,5 juta pada 2020. Perseroan juga mencatat Laba Inti* sebesar US$ 227,9 juta pada tahun 2021, meningkat signifikan dibandingkan Rugi Inti sebesar US$ 52,2 juta di tahun sebelumnya.

Baca Juga: Cetak Rekor Laba, Produsen Nikel Ifishdeco Berencana Akuisisi Tambang Nikel

Pada akhir tahun 2021, posisi kas, setara kas dan aset keuangan lain Perseroan mencapai US$ 986,5 juta. Realisasi belanja modal (capex) selama 2021 adalah US$ 25,2 juta. Sepanjang tahun 2021, Indika Energy juga melakukan investasi baru sebesar US$ 83,2 juta untuk memperluas diversifikasi usaha. Secara terpisah, anggaran capex Petrosea di tahun 2021 sebesar US$ 42,0 juta.

“Sepanjang tahun 2021, Indika Energy berupaya untuk membantu pemenuhan kebutuhan energi nasional dan pemulihan akibat pandemi. Kami berhasil untuk menjaga produktivitas dan meminimalkan interupsi terhadap operasional perusahaan. Prioritas utama kami tetap untuk memperluas diversifikasi di sektor nonbatubara dan memperkuat performa ESG kami,” tutur Azis Armand, Wakil Direktur Utama dan CEO Indika Energy.

Pada 18 Februari 2022, Indika Energy menandatangani Perjanjian Jual Beli Bersyarat (CSPA) dengan PT Caraka Reksa Optima (CARA) sesuai dengan rencana penjualan seluruh saham di PT Petrosea Tbk. kepada CARA, efektif terhitung sejak tanggal 25 Februari 2022. Berdasarkan CSPA, Perseroan bermaksud untuk menjual seluruh 704.014.200 saham di Petrosea yang mewakili 69,8% dari modal disetor Petrosea sebesar US$ 146,58 juta - berdasarkan penilaian indikatif sebesar US$ 210 juta - untuk basis 100%. Transaksi ini diharapkan selesai pada akhir Mei 2022, dengan pemenuhan sejumlah persyaratan pendahuluan sebagaimana diatur di dalam CSPA. Selama tahun yang berakhir 31 Desember 2021 dan 2020, laba rugi Petrosea disajikan terpisah sebagai laba (rugi) dari operasi yang dihentikan, bersamaan dengan kerugian yang diantisipasi atas rencana divestasi ini.

Baca Juga: Aksi Mafia Tambang Buat Investor Merugi Hingga Miliaran Rupiah

Sebelumnya pada Maret 2021, Indika Energy mendirikan PT Empat Mitra Indika Tenaga Surya (EMITS) – sebuah perusahaan penyedia solusi tenaga surya terintegrasi di Indonesia. Inisiatif ini dilakukan melalui kemitraan dengan Fourth Partner Energy, pengembang solusi tenaga surya terdepan di India. Secara mayoritas, Fourth Partner Energy dimiliki oleh The Rise Fund, social impact fund terbesar di dunia. Pendirian EMITS ini merupakan wujud komitmen Indika Energy dalam mendiversifikasi portofolio bisnis, mencapai tujuan keberlanjutan, meningkatkan kinerja ESG serta mendukung upaya pemerintah dalam mencapai target bauran EBT sebesar 23% pada tahun 2025.

Indika Energy juga mendirikan PT Electra Mobilitas Indonesia (EMI) pada April 2021. EMI bertujuan untuk mengembangkan ekosistem kendaraan listrik (EV) yang komprehensif di Indonesia, dari hulu hingga ke hilir – termasuk industri penunjang EV seperti baterai listrik, battery exchange atau swap station.

Sementara itu, sejak 2018 lalu Indika Energy juga memiliki investasi di sektor tambang emas Awak Mas di Sulawesi Selatan. Proyek Awak Mas ini memiliki potensi cadangan sebanyak 1,5 juta ons emas dan 2,4 juta ons sumber daya emas dan ditargetkan mulai beroperasi pada akhir tahun 2024.

Anak usaha lainnya, Interport Mandiri Utama menawarkan solusi logistik bagi klien di berbagai industri. Saat ini, Interport tergabung dalam konsorsium yang ditunjuk oleh pemerintah sebagai operator yang mengelola Pelabuhan Patimban di Subang, Jawa Barat.

Baca Juga: Gara-gara Tambang Milik China, Aparat Peru Usir Masyarakat Adat Secara Paksa

Indika Energy telah menetapkan target untuk meningkatkan 50% pendapatan dari sektor non-batubara pada tahun 2025 dan mencapai netral karbon pada tahun 2050.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Aldi Ginastiar

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: