Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Sebut Pilkada DKI 2017 Menjijikkan, Denny Siregar: Ada yang Mau Cuci Anies sampai Bersih

Sebut Pilkada DKI 2017 Menjijikkan, Denny Siregar: Ada yang Mau Cuci Anies sampai Bersih Kredit Foto: Instagram/Denny Siregar
Warta Ekonomi, Jakarta -

Pemilihan Presiden RI tahun 2024 masih dua tahun lagi. Tapi auranya sudah mulai tampak terlihat. Tahun depan tepatnya pada September 2023 adalah waktu pendaftaran calon presiden.

Maka dari itu Pegiat media sosial, Denny Siregar tak heran jika dari sekarang para calon sudah mulai lenggak-lenggok menampilkan dirinya supaya terlihat ‘cantik’.

Denny mengatakan, dari rangkuman sejumlah lembaga survei, nama Ganjar Pranowo sudah melewati elektabilitas Prabowo Subianto.

Baca Juga: Denny Siregar Kasihani Anies Dicap Radikal-Intoleran, Netizen: Cari Makan dari Nyinyir & Bacot

“Ganjar sepertinya punya aura menarik untuk dijadikan capres. Karena selain penampilannya yang menarik, dia juga muda, merakyat dan tegas terhadap kelompok radikal di wilayahnya,” kata Denny Siregar dalam program Time Line with Denny Siregar yang ditayangkan di kanal YouTube Cokro TV, dikutip pada Rabu (11/5/2022).

Denny juga bilang, gubernur Jawa Tengah itu sampai sekarang masih dianggap penerus Jokowi.

Tapi lucunya, lanjut dia, salah satu calon kontestan Pilpres 2024 adalah Anies Baswedan. Ia mengatakan akhir Oktober 2022 ini Anies akan kehilangan panggung raksasa karena masa jabatannya sebagai Gubernur DKI Jakarta telah habis.

“Karena itulah tim sukses Anies mulai bermanuver agar Anies tidak dilupakan,” ungkap Denny.

Salah satunya mencoba membersihkan nama Anies dari ‘kotornya’ politik identitas di Pilgub DKI 2017 lalu.

“Sebenarnya kata kotor masih terlalu sopan. Saya sih bilang kalau Pilkada DKI 2017 itu adalah pemilu kita yang paling barbar, paling menjijikkan,” tegasnya.

Lebih lanjut tutur Denny, Pilgub DKI 2017 itu adalah awal mula terjadinya perpecahan di negeri ini karena politik identitas.Ia lantas mengingat kembali banyaknya spanduk yang bertebaran di masjid-masjid di Jakarta yang melarang mensalatkan jenazah mereka yang memilih Ahok sebagai calon gubernur.

“Bahkan perihnya lagi, calon wagub Djarot diusir dari masjid saat akan melaksanakan salat Jumat. Inilah awal mula polarisasi yang terjadi di Indonesia,” tukasnya.

Belum lagi ada nenek Hindun yang enggan disalatkan oleh masjid dekat rumahnya hanya karena berbeda pilihan politik.

“Perihnya bukan karena Ahok kalah, tapi bagaimana masyarakat kita terbelah. Nasionalis dan agamis terbelah. Anies memanfaatkan itu untuk memenangkan pertarungan,” ungkap Denny.

Lucunya, sambung Denny, sekarang tiba-tiba ada gerakan untuk mencuci bersih nama Anies Baswedandari kotornya Pilgub DKI 2017.

“Awalnya mereka menuding polarisasi terjadi oleh mereka yang mempopulerkan kata kadrun. Lalu kisah nenek Hindun dianggap hoaks. Lalu dibilang Anies dalam Pilgub DKI 2017 itu juga korban dan tidak terlibat dalam politik identitas,” urai Denny.

Denny menegaskan upaya-upaya itu dilakukan sejak sekarang untuk mengantarkan Anies ke panggung Pilpres 2024 mendatang. 

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Rosmayanti

Bagikan Artikel: