Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Cegah Muncul Kembali 'Perang' Cebong Vs Kampret, PRIMA Serukan Pilpres Bebas dari Polarisasi

Cegah Muncul Kembali 'Perang' Cebong Vs Kampret, PRIMA Serukan Pilpres Bebas dari Polarisasi Sejumlah warga mengikuti proses pemungutan suara susulan Pemilu serentak 2019 di TPS 242, Pondok Ungu Permai, Bekasi, Jawa Barat, Minggu (21/4/2019). KPU Kota Bekasi melaksanakan pemungutan suara susulan untuk pemilihan Calon Anggota Legislatif DPRD Jawa Barat dan DPD di lima TPS pada Minggu (21/4/2019). | Kredit Foto: Antara/Risky Andrianto
Warta Ekonomi, Jakarta -

Partai Rakyat Adil Makmur (PRIMA) mengajak semua pihak untuk mencegah munculnya polarisasi di Pemilu 2024. Model politik Cebong Vs Kampret di dua Pemilu dianggap tidak produktif dan membuat polarisasi di masyarakat membesar, dan belum pulih hingga saat ini.

“Menjelang Pilpres 2024, polarisasi politik antar pendukung masih hangat dan terus digunakan. Masing-masing kubu terus menyematkan narasi atas nama toleransi dan paling NKRI,” ujar Wakil Ketua Umum PRIMA, Alif Kamal dilansir dari Rakyat Merdeka, kemarin.

Alif menganalisa, meskipun tidak lagi ramai istilah Cebong Vs Kampret, namun polarisasi masyarakat masih begitu kental di dunia maya. Sekalipun, Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno sebagai lawan Jokowi-Ma’ruf Amin di Pemilu 2019 sudah masuk Pemerintahan, polarisasi belum terurai.

“Jelang Pilpres 2024 masing-masing kubu masih saling hujat dan sama-sama menjual kata toleransi,” geregetnya.

Baca Juga: Menko Airlangga Tegaskan Pentingnya Peranan Keuangan Inklusif dalam Pemulihan Ekonomi Nasional

Dikatakan, masyarakat lebih sensitif terhadap isu yang lebih penting. Yaitu, tentang bagaimana caranya membangun ekonomi politik bangsa yang sedang dikuasai oligarki. Asumsinya, kekayaan bangsa ini mayoritas dikuasai satu persen penduduk Indonesia.

Mantan aktivis Partai Rakyat Demokratik (PRD) ini menilai, biang kerok penyebab polarisasi politik adalah keterpaksaan masyarakat untuk memilih dua pasangan calon di ajang Pilpres. Alhasil, polarisasi tidak dapat dihindarkan ketika kedua kubu saling serang dengan isu politik identitas. “Tentu harapannya nanti akan muncul banyak calon di Pilpres 2024,” pungkasnya. [BSH]

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Bayu Muhardianto

Bagikan Artikel: