Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Natalius Pigai Nilai Prabowo dan Puan Maharani Adalah Duet yang Tepat untuk Pilpres 2024, Simak!

Natalius Pigai Nilai Prabowo dan Puan Maharani Adalah Duet yang Tepat untuk Pilpres 2024, Simak! Kredit Foto: Instagram/Puan Maharani
Warta Ekonomi, Jakarta -

Aktivis Nasional Hak Asasi Manusia (HAM) Natalius Pigai menilai Ketua DPR RI Puan Maharani sangat tepat jika disandingkan dengan Prabowo Subianto dalam ajang Pilpres 2024. Hal ini lantaran kepemimpinan Puan yang dinilai sebagai salah satu kandidat potensial.

Menurut Natalius, Prabowo Subianto dan Puan Maharani merupakan perpaduan tepat untuk dapat menjadi Presiden–Wakil Presiden periode 2024–2029. Sebab, tantangan bangsa dan negara yang sudah sedemikian kompleks hanya bisa diatasi dengan kombinasi kepemimpinan Prabowo-Puan.

“Maka butuh kepemimpinan yang bukan saja kuat, tetapi genuine dan itu saya lihat pada sosok kepemimpinan Ibu Puan Maharani yang jika dipasangkan dengan Pak Prabowo akan menjadi perpaduan kepemimpinan yang mampu membawa Indonesia keluar dari rumitnya persoalan bangsa saat ini,” ungkap Natalius dalam pernyataan resminya di Jakarta, Kamis (19/5/2022).

Natalius menjelaskan, baik Prabowo maupun Puan memiliki karakter negarawan, sekaligus politikus yang karakternya tidak banyak ditemukan pada elit politik lain. Sebab, keduanya memiliki kepedulian pada bangsa dan rakyatnya, patriotik, nasionalis, tegas, objektif dan tidak mudah didikte oleh oligarki yang selama ini melingkari kekuasaan.

Baca Juga: Usai Jokowi Cabut Larangan Ekspor CPO, Fadli Zon Sarankan Menteri Perdagangan Diganti

Lebih lanjut, ia menilai Prabowo dan Puan juga adalah kombinasi Jawa dan luar Jawa yang lebih sebagai figur candradimuka kebangsaan.

“Apalagi Ibu Puan ditopang oleh Ibu Megawati Soekarnoputri yang memiliki karier politik yang cukup mumpungi, bernaung di bawah Partai Nasionalis yang besar dan berasal dari Jawa dan Sumatera Selatan. Ini adalah modal besar untuk kepemimpinan ke depan," ungkap Natalius.

Oleh karenanya, kata dia, masyarakat ke depan tidak boleh lagi terkecoh dengan model kepemimpinan yang ‘terkesan’ populis tetapi sebenarnya minim kemampuan.

Ia memberi contoh soal kebangsaan saat ini yang cenderung rapuh karena bahaya disintegrasi bangsa kian menguat akibat pembelahan yang dibiarkan terlalu lama.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Bayu Muhardianto

Bagikan Artikel: