PT Tower Bersama Infrastructure Tbk. atau TBIG berhasil mencatat pendapatan dan EBITDA masing-masing sebesar Rp1.642 miliar dan Rp1.435 miliar untuk periode tiga bulan yang berakhir pada tanggal 31 Maret 2022. Jika triwulan pertama ini disetahunkan, maka total pendapatan dan EBITDA Perseroan mencapai Rp6.566 miliar dan Rp5.739 miliar.
TBIG sendiri memiliki 39.557 penyewaan dan 20.871 sites telekomunikasi per 31 Maret 2022. Sites telekomunikasi milik Perseroan terdiri dari 20.760 menara telekomunikasi dan 111 jaringan DAS.
Dengan angka total penyewaan pada menara telekomunikasi sebanyak 39.446, maka rasio kolokasi (tenancy ratio) Perseroan menjadi 1,90 kali. Baca Juga: PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG) Mengadakan Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan
“Dengan senang hati kami melaporkan kuartal yang kuat lagi untuk pertumbuhan organik, dengan penambahan 764 penyewaan kotor yang terdiri dari 377 sites telekomunikasi dan 387 kolokasi. penambahan penyewaan bersih dari Group lebih rendah untuk kuartal ini terutama karena penghentian sewa dari Sampoerna Telecom,” ujar Hardi Wijaya Liong, CEO TBIG di Jakarta, Sabtu (28/5/2022).
Adapun per 31 Maret 2022, total pinjaman kotor (gross debt) Perseroan, jika bagian pinjaman dalam mata uang US Dollar yang telah dilindung nilai diukur dengan menggunakan kurs lindung nilainya, adalah sebesar Rp27.730 miliar dan total pinjaman senior (gross senior debt) sebesar Rp4.211 miliar.
Dengan saldo kas yang mencapai Rp720 miliar, maka total pinjaman bersih (net debt) menjadi Rp27.010 miliar dan total pinjaman senior bersih (net senior debt) Perseroan menjadi Rp3.491 miliar. Menggunakan EBITDA kuartal pertama 2022 yang disetahunkan, maka rasio pinjaman bersih terhadap EBITDA adalah 4,7 kali.
“Pada bulan Maret, kami kembali mengakses pasar obligasi Rupiah melalui program Obligasi Rupiah Berkelanjutan V kami dan berhasil mengumpulkan total Rp2,2 triliun obligasi lokal Rupiah. Mengakses pasar obligasi Rupiah dan USD memungkinkan kami untuk meningkatkan proporsi utang dengan bunga tetap kami, dan setelah penerbitan obligasi terakhir, lebih dari 85% utang kami adalah obligasi berbunga tetap dengan mata uang lokal dan asing, yang diukur pada akhir kuartal pertama,” ungkap Helmy Yusman Santoso, CFO TBIG.
"Kami mempertahankan struktur utang konservatif kami – sepenuhnya dilindung nilai, dengan sumber pendanaan yang terdiversifikasi, dan ketersediaan komitmen yang cukup besar," tambahnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Fajar Sulaiman
Tag Terkait: