Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Industri Digital Makin Diminati, tapi Tidak dengan Sumber Daya Manusianya

Industri Digital Makin Diminati, tapi Tidak dengan Sumber Daya Manusianya Refocus Digital Academy membahas kurangnya sumber daya manusia di pasar tenaga kerja yang masih menjadi salah satu tantangan nyata yang dihadapi. | Kredit Foto: Nuzulia Nur Rahma
Warta Ekonomi, Jakarta -

Refocus Digital Academy, platform pendidikan online yang fokus mengubah seseorang menjadi profesional dalam industri digital, pada hari ini, Selasa (31/05) mengadakan konferensi yang bertujuan membahas salah satu faktor yang dapat berkorelasi dengan peluang kerja di masa depan serta tantangan pendidikan di Indonesia, yaitu kurangnya sumber daya manusia di pasar tenaga kerja, masih menjadi salah satu tantangan nyata yang dihadapi.

Menurut Indeed.com, kesenjangan antara jumlah lowongan yang terbuka dan jumlah lulusan sangat tinggi. Sebanyak 600.000 lowongan muncul di pasar setiap tahun, sedangkan jumlah lulusan universitas hanya 50.000 per tahun. Jadi, untuk setiap CV ada 12 lowongan yang dibuka sehingga menghasilkan perbedaaan yang drastis.

Baca Juga: Gandeng LX International, Kemendikbudristek Siapkan SDM Bertalenta Digital

Tidak hanya kurang dari sisi kuantitas, tetapi kurangnya pelamar kerja yang berkualitas juga tentu dapat menghambat pertumbuhan perusahaan di Indonesia. Meskipun, menurut Badan Pusat Statistik (BPS) negara ini memiliki populasi terbesar keempat di dunia, sekitar 50% penduduknya berusia di bawah 30 tahun.

Disebutkan juga bahwa gelombang PHK massal yang kemungkinan besar akan melanda startup di Indonesia dalam waktu dekat makin memperburuk keadaan yang sudah terjadi karena Covid-19. Kementerian Tenaga Kerja mencatatkan lebih dari 1,2 juta karyawan dari 74.439 perusahaan terdampak kehilangan pekerjaan.

Selain itu, gencarnya otomatisasi dan robotisasi pun dapat menambah risiko lebih banyak masyarakat Indonesia kehilangan pekerjaan dalam waktu dekat. Menurut data yang diterbitkan pada November 2020 di Journal of Robotics and Control, pada 5 negara ASEAN yang diteliti, peneliti menemukan bahwa 56% karyawan saat ini menghadapi risiko tinggi otomatisasi.

Tim Refocus mengajarkan profesi digital kepada orang-orang, di mana bidang ini sedang diminati pasar dan akan berlangsung dalam jangka waktu lama. Google Indonesia memperkirakan bahwa ekonomi digital negara akan bernilai sekitar Rp1,7 kuadriliun atau US$124,1 miliar pada tahun 2025 (tiga kali lipat dari tahun 2020 dengan nominal Rp548,2 triliun).

Menurut laporan terbaru oleh perusahaan konsultan strategi AlphaBeta, karyawan dengan keterampilan digital memiliki potensi untuk berkontribusi lebih dari Rp4 triliun terhadap produk domestik bruto (PDB) Indonesia pada tahun 2030.

Roman Kumay Vyas, CEO & Founder Refocus Education Project yang mengatakan Indonesia memiliki lebih dari 17 ribu pulau, kondisi geografi Indonesia menentukan pengembangan IT serta aksesibilitas layanan dan teknologi.

"Kami memperkirakan 40% dari pertumbuhan lowongan pekerjaan dalam dua tahun ke depan akan menghasilkan kebutuhan rekrutmen yang sangat besar di pasar. Kami ingin orang-orang untuk memiliki kesempatan edukasi yang baik serta keterampilan yang terpakai sehingga memungkinkan mereka mendapat penghasilan yang lebih besar, terus bertumbuh dan mengembangkan berbagai produk untuk mencapai tujuan mereka," jelasnya.

Hadir juga Ignatius Untung, Ex Ketua Umum IDEA, pakar pemasran dan pemerhati industri startup, mengatakan, kebutuhan transformasi digital perusahaan akan membutuhkan seorang profesional yang mahir di dunia teknologi dan digital.

"Perusahaan akan mencari kandidat dengan keahlian di bidang teknologi, digital, dan e-commerce. Tenaga kerja dengan keterampilan membuat kecerdasan buatan (AI), otomatisasi, pengalaman menangani pelanggan dan pengembangan produk akan sangat dibutuhkan ke depannya," ujarnya.

Dalam kesempatan yang sama, Imeiniar Chandra, Director of Digital & Technology dari Michael Page mengatakan, dalam mencari pekerjaan, karyawan akan makin tegas menentukan pilihan mereka.

"Perusahaan tidak bisa lagi menarik dan mempertahankan talenta tanpa menerapkan faktor-faktor pendukung lain. Talenta-talenta makin mementingkan budaya perusahaan, tujuan perusahaan, dan kepemimpinan dibandingkan merek perusahaan dan promosi," tutupnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Nuzulia Nur Rahma
Editor: Puri Mei Setyaningrum

Bagikan Artikel: