“Dalam satu contoh, dalam melihat suatu kasus keagamaan yang diberitakan di media, kita perlu melihatnya dengan analisis, misalnya ada yang tampak dipermukaan tidak serta merta kemudian kita telan, tapi kita dalami dulu sebagaimana trend dan polanya, lalu bagaimana strukturnya hingga mental model yang melatarbelakanginya,” jelasnya.
Adik kandung Ketua Umum PBNU Yahya Cholil Staquf itu melanjutkan, dengan analisis yang kuat dan dalam mahasiswa bisa mengambil sikap atas informasi tidak benar yang disebarkan di media massa maupun media sosial.
“Dengan demikian kita bisa mengambil sikap yang paling fair atas berita tersebut. Khususnya bagi mahasiswa anda semua sudah harus bangun dari pingsan, bangun dari keterlenaan fasilitas media,” paparnya.
Gus Yaqut pun berharap mahasiswa tidak tinggal diam dengan bahayanya informasi hoaks yang selalu mengancam masa depan bangsa Indonesia. “Mahasiswa harus terus dipertajam pisau analisisnya, pertegas orientasi atau cita-cita yang akan digapai di masa depan,” tegasnya.
“Jika dimasa lalu informasi dan pengetahuan menjadi kunci kesuksesan, saya meyakini di saat sekarang ini, dimana informasi berlimpah dan mudah sekali diakses, maka yang diperlukan adalah kerangka berpikir untuk mengolahnya. Dalam hal ini mahasiswa perlu memiliki hirarki yang di dalam kepalanya saat menerima, mencerna dan mengambil keputusan yang berbasiskan analisis,” tutup Gus Yaqut.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Ferry Hidayat
Tag Terkait: