Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Serius Perangi Kejahatan Siber, BCA Anggarkan Capex Rp500 Miliar

Serius Perangi Kejahatan Siber, BCA Anggarkan Capex Rp500 Miliar Kredit Foto: BCA
Warta Ekonomi, Jakarta -

PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) mengalokasikan belanja modal (capex) senilai Rp500 miliar khusus untuk pengembangan sistem keamaan siber. Sementara itu, total capex untuk IT yang disiapkan BCA pada tahun ini mencapai Rp5 triliun.

EVP Secretariat & Corporate Communication BCA, Hera F. Haryn, mengungkapkan bahwa pencegahan kejahatan siber menjadi kajian serius di BCA sehingga mayoritas capex tahun ini memang dianggarkan untuk meningkatkan sistem keamanan siber.

Baca Juga: Marak Tawaran Upgrade Jadi Nasabah BCA Prioritas di Media Sosial, Direksi: Kami Pastikan Itu Palsu

"Mayoritas capex memang untuk sistem keamanan siber. Alokasi yang menurut kami reasonable, sekitar Rp5 triliun untuk IT dan khusus untuk keamanan siber sebesar Rp500 miliar," tegas Hera kepada media pada Senin, 13 Juni 2022. 

Direktur BCA, Haryanto T. Budiman, menambahkan bahwa BCA terus berupaya meningkatkan sistme keamanan BCA untuk mencegah kejahatan siber yang tidak hanya menjadi risiko bagi BCA, tetapi juga sektor jasa keuangan. Terlebih lagi, BCA menjadi salah satu bank yang mengelola transaksi perbankan terbesar di Indonesia, yakni berkisar 55 juta hingga 65 juta transaksi per hari. 

"Transaksi yang dproses BCA berkisar 55 juta hingga 65 juta transaksi dan itu jumlah yang besar sekali. Jadi, keamanan siber adalah sesuatu yang sangat kami perhatikan," tegas Haryanto. 

Ia melanjutkan, mayoritas kejahatan siber bukan menyerang sistem, melainkan lebih kepada modus social engineering. Oleh karena itu, ia berharap masyarakat dan nasabah memahami betul pentingnya menjaga kerahasiaan data pribadi, seperti kode OTP, PIN, dan sebagainya. 

Haryanto menegaskan bahwa pihak bank tidak pernah menanyakan data pribadi kepada nasabah. Jika ada pihak yang mengatasnamakan bank dan meminta data pribadi, bahkan menanyakan nama ibu kandung, nasabah harus berhati-hati dan lebih baik mengabaikannya.

"Jangan pernah memberikan data-data pribadi, apalagi kalau ada yang menanyakan nama ibu kandung. Bank sudah punya data nasabah jadi kenapa menanyakan itu, jadi tidak masuk akal," katanya lagi.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Lestari Ningsih
Editor: Lestari Ningsih

Bagikan Artikel: