Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

NasDem Kesemsem Anies, PSI Langsung Ungkit Politisasi Ayat dan Mayat di Pilkada DKI: Jejak Intolerannya Masih Bertebaran!

NasDem Kesemsem Anies, PSI Langsung Ungkit Politisasi Ayat dan Mayat di Pilkada DKI: Jejak Intolerannya Masih Bertebaran! Kredit Foto: Antara/Fauzi Lamboka
Warta Ekonomi, Jakarta -

Juru Bicara Partai Solidaritas Indonesia (PSI), Sigit Widodo membahas kembali isu politik identitas yang dipakai Anies Baswedan dan pendukungnya pada Pilkada DKI 2017 silam.

Ini disampaikan Sigit untuk merespons nama-nama yang dimunculkan NasDem sebagai kandidat calon presiden. Dimana nama Anies Baswedan menjadi salah satunya.

Sigit mengatakan, sampai kapan pun praktik politik kotor yang dipertontonkan Anies Baswedan dan pendukungnya pada Pilkada DKI lalu tidak akan dilupakan masyarakat.

Baca Juga: Surya Paloh Umumkan Anies Baswedan Jadi Kandidat Capres, Musni Umar Langsung Bongkar Efeknya Buat NasDem: Insya Allah…

Gelaran  pesta demokrasi terburuk sepanjang sejarah dengan menyeret sentimen SARA itu kata dia bakal menetap dalam ingatan masyarakat Indonesia pada umumnya. Hingga kini jejak-jejak Anies soal politik ayat mayat itu kata dia masih sangat mudah ditemukan di internet.

“Jejak intoleran Pak Anies Baswedan masih bertebaran dan sangat mudah ditemukan, terutama terkait dengan Pilkada DKI 2017. Meskipun selalu dibantah oleh Anies dan pendukungnya, namun warga Jakarta menyaksikan sendiri bagaimana isu SARA digunakan oleh para pendukung Anies untuk menyerang lawan politiknya di Pilkada DKI Jakarta 2017,” kata Sigit di akun Twitternya, Senin (20/6/2022).

Sigit kembali mengungkap sisi gelap Pilkada DKI 2017, di mana banyak masjid digunakan sebagai sarana tempat kampanye, bahkan pemuka agama juga turut diseret ke dalam permainan politik kotor itu, di mana ada beberapa pemuka agama yang selalu mengunggulkan Anies Baswedan dan menjatuhkan Ahok dengan sentimen kesukuan dalam berbagai kesempatan ceramah.

“Sentimen agama dimainkan dengan sangat kasar pada Pilkada DKI 2017, rumah-rumah ibadah digunakan untuk berkampanye mendukung calon berdasarkan agama, bukan berdasarkan kinerja,” tegasnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Rosmayanti

Bagikan Artikel: