Presiden Joko Widodo menegaskan krisis energi, krisis pangan, krisis keuangan sudah mulai melanda beberapa negara. Jokowi mengungkapkan ada kurang lebih 60 negara yang saat ini dalam proses menghadapi tekanan karena utang.
Hal ini berimbas menekan ekonomi negara tersebut sehingga tidak ada devisa yang masuk. “Contohnya satu, dua, tiga sudah mulai kelihatan dan diperkirakan nanti akan sampai ke angka tadi. Inilah yang harus betul-betul kita antisipasi. Jangan sampai, sekali lagi, ada yang merasa kita sekarang ini masih pada keadaan normal," Kata Presiden di Jakarta, kemarin.
Jokowi meminta jajarannya untuk terus menyampaikan perkembangan situasi global saat ini kepada masyarakat. Termasuk krisis yang memicu kenaikan harga komoditas pangan dan energi.
Jokowi juga meminta jajaran terkait untuk melakukan penghematan sekalibubs mencegah terjadinya kebocoran pada dua sektor tersebut.“ Mana yang bisa diefisiensikan, mana yang bisa dihemat, kemudian mana kebocoran-kebocoran yang bisa dicegah, semuanya harus dilakukan posisi-posisi seperti ini,”tegasnya.
Jokowi mencontohkan Badan Usaha Milik Negarea (BUMN) di sektor energi yaitu Pertamina dan PLN harus melakukan efisiensi, tidak hanya berganting dari subsidi pemerintah.
“Jadi terkait dengan krisis energi, baik itu yang namanya BBM, gas, solar, pertalite, pertamax, listrik, ini jangan sampai terlalu mengharapkan, utamanya Pertamina, terutama juga PLN, terlalu mengharapkan dan kelihatan sekali hanya mengharapkan subsidinya di Kementerian Keuangan. Mestinya di sana juga ada upaya-upaya efisiensi, jadi dua-duanya berjalan,”pungkasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Boyke P. Siregar
Editor: Boyke P. Siregar
Tag Terkait: