Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Kepala BKKBN: Pangan Beralkohol Berpotensi Sebabkan Infertilitas, Bukan Air Galon

Kepala BKKBN: Pangan Beralkohol Berpotensi Sebabkan Infertilitas, Bukan Air Galon Kredit Foto: BKKBN
Warta Ekonomi, Jakarta -

Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), dr. Hasto Wardoyo,  Sp.OG(K), mengatakan minuman yang mengandung alkohol bisa menyebabkan terjadinya infertilitas. Hal itu disebabkan minuman ini bisa memengaruhi pembentukan sel telur dan sperma.

"Minuman beralkohol itu merusak lever. Sebetulnya, proses pembentukan sel telur atau sperma itu dipengaruhi oleh hormon dari lever. Jadi, kalau kecanduan alkohol terlalu berat, akan terjadi gangguan pada fungsi lever sehingga pembentukan sel telur dan sperma juga terganggu. Jadi, sepanjang tidak mengandung alkohol, makanan dan minuman itu tidak masalah untuk fertilitas," ujarnya, dalam keterangan tertulis yang diterima, Rabu (22/6/2022).

Baca Juga: Keamanan Air Galon Guna Ulang Terjamin dan Penuhi Mutu SNI

Seperti diketahui, air minum dalam kemasan (AMDK) galon sama sekali tidak mengandung alkohol.  Karenanya, air galon ini dipastikan sama sekali tidak menyebabkan infertilitas bagi para konsumennya.  

Selain itu, menurut Hasto, orang yang kurang protein atau lemak juga bisa menyebabkan infertilitas. Untuk wanita yang kurang gizi, biasanya masa mensturasinya akan terganggu yang bisa menyebabkan ketidaksuburan. Begitu juga dengan orang yang overweight atau kelebihan lemak, menurut Hasto, itu juga secara tidak langsung bisa mempengaruhi kesuburan. 

Hasto mengatakan orang mengalami gangguan fertilitas di Indonesia itu angkanya hanya 5-15% saja. Menurutnya, infertilitas di Indonesia itu masih banyak disebabkan karena infeksi, misalnya karena banyak keputihan yang bisa menyebabkan infeksi saluran kelamin. "Infeksi ini kemudian menyebabkan saluran telurnya menjadi buntu," tukasnya. 

Baca Juga: Bangun Integritas Klik-KB, BKKBN Tandatangani Kerja Sama dengan Pemkot Palu

Hasto juga mengungkapkan laki-laki perokok juga berpengaruh terhadap kesuburuan. Termasuk juga karena usia menikahnya sudah terlalu tua, bisa berpengaruh terhadap fertilitas. "Ketika usia sudah 38 tahun, orang itu akan mengalami penurunan yang panjang di fertilitasnya secara alami," katanya. 

BKKBN berkomitmen untuk menurunkan angka total fertility rate (TFR) dari 2,46 sebelum pandemi menjadi 2,24 setelah dua tahun masa pandemi. TFR adalah rata-rata jumlah anak yang dilahirkan seorang wanita selama masa usia subur/reproduksinya. Menurut Hasto, BKKBN telah berhasil menurunkan angka kelahiran secara tajam dari 5,6 menjadi 2,2 kelahiran per perempuan selama 1970 hingga tahun 2000.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Ayu Almas

Bagikan Artikel: