Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Limbah Sawit Dijadikan Benang untuk Mode Masa Depan

Limbah Sawit Dijadikan Benang untuk Mode Masa Depan Kredit Foto: Hamdan/elaeis.co
Warta Ekonomi -

Peneliti dari Departemen Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) IPB University, mengolah biomassa sawit menjadi benang dan kain. Inovasi ini diharapkan bisa mengatasi keterbatasan ketersediaan benang sintetis, semi sintetis, dan kapas lokal.

“Kami ingin menciptakan future fashion. Tidak hanya berbahan kapas dan benang sintetis, namun berbasis biomassa sawit,” kata Ketua Tim Peneliti, Dr Siti Nikmatin, dalam keterangan tertulis, baru-baru ini.

Bahan baku yang dipakai Siti bersama dua anggota tim, Irmansyah dan Bambang Hermawan, adalah tandan kosong kelapa sawit (TKKS). Limbah yang tersedia melimpah itu didaur ulang menjadi benang yang bisa dipakai oleh industri kreatif dan pakaian.

Menurut Siti, selama ini industri kelapa sawit hanya mengambil manfaat ekonomi dari buah hasil panen. Sedangkan limbah biomassa belum dimanfaatkan secara maksimal.

“Riset ini bertujuan menghasilkan benang dari limbah sawit yang bisa dipakai membuat kain yang disesuaikan dengan produk fashion,” katanya.  

Peneliti biomaterial ini berjalan berkat dukungan banyak pihak. Pendanaannya berasal dari hibah Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS).

Dukungan juga datang dari Penelitian dan Pengembangan (litbang) Balai Besar Selulosa Kementerian Perindustrian di Bandung, Mitra Unit Kecil Menengah (UKM) PT Interstisi Material Maju di Bogor, dan Kelompok Tani (Poktan) Manunggal Alam di lingkar desa sawit PTPN VIII Kabupaten Bogor.

Berbagai uji coba dilakukan untuk mendapatkan hasil pulp, rayon viskosa, dan benang, paling optimal yang dapat menjadi substitutif bagi benang lainnya.

“Riset ini menjadi tantangan bagi negara yang menaruh perhatian pada pembuatan benang dan kain berbahan dasar sumber daya alam hayati. Banyak negara maju seperti Swiss, Finlandia, dan Kanada melakukan penelitian seperti Dr Siti dan hasilnya masih di titik yang sama dengan riset ini,” kata mitra dari Litbang Balai Besar Selulosa, Rina Masriani.  

Aktivitas riset ini telah diobservasi oleh Wakil Kepala Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) IPB University bidang Penelitian, Sugeng Heri Suseno.

“Semuanya harus dapat dilakukan secara paralel. Jika ada masalah, LPPM IPB University siap untuk membantu karena ini tentang permasalahan bangsa. Kalau perlu bantuan rektor, insya Allah dapat kami sampaikan,” tutur Sugeng. 

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: