Eks Presiden Rusia Kuak Konsekuensi Terburuk Tidak Diakuinya Krimea Oleh NATO, Waspada
Tidak diakuinya Krimea oleh Ukraina dan NATO merupakan ancaman sistemik berbahaya bagi Rusia. Peringatan ini disampaikan jelas oleh mantan Presiden dan Wakil Ketua Dewan Keamanan Rusia Dmitry Medvedev.
"Jika negara lain, baik itu Ukraina atau negara NATO, percaya bahwa Krimea bukan Rusia, maka ini adalah ancaman sistemik bagi kita," kata Medvedev saat berpidato di hadapan veteran Perang Dunia II, Minggu (17/7/2022).
Baca Juga: Ukraina Cemaskan Serangan Level Berikutnya Rusia: Aktivitas Musuh Terlihat...
Menurut mantan presiden Rusia itu, penolakan pengakuan tersebut merupakan ancaman langsung dan eksplisit.
"Terutama mengingat apa yang terjadi di Krimea. Krimea kembali ke Rusia," ujar Medvedev.
Komentar Medvedev muncul sehari setelah seorang pejabat di intelijen militer Ukraina, Vadym Skibitskyi, mengatakan, Krimea dapat menjadi sasaran rudal HIMARS, yakni rudal buatan Amerika Serikat (AS) yang dikerahkan Washington untuk membantu Kiev.
Skibitskyi menjelaskan, Rusia telah meluncurkan serangan ke Ukraina dari Krimea dan Laut Hitam.
Oleh sebab itu, menurut Skibitskyi, Krimea dibenarkan untuk menjadi target serangan balik. Krimea memiliki nilai strategis bagi Rusia. Rusia membangun markas besar armada Laut Hitam-nya di Sevastopol. Isu Krimea turut berperan dalam pecahnya perang Rusia-Ukraina.
Presiden Rusia Vladimir Putin sempat menyinggung tentang keinginan Ukraina bergabung dengan NATO. Menurutnya, jika hal itu terjadi, Kiev pasti ingin merebut kembali Krimea dari Rusia.
Namun Putin menegaskan tidak akan melepaskan Krimea. Dengan situasi demikian, Putin menilai perang tidak akan terhindarkan.
Sebelum melancarkan serangan ke Ukraina pada 24 Februari lalu, Putin pernah mengakui bahwa Rusia, secara kekuatan militer, kalah dengan NATO.
Kendati demikian, Putin mengingatkan, Rusia merupakan salah satu kekuatan nuklir terbesar di dunia. Dalam pandangan Putin, jika Rusia dan NATO berperang, tidak akan ada pemenang dalam pertempuran tersebut.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Muhammad Syahrianto