Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Global Connections
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Investasi Tembus Rp901 T Lebihi Target Presiden, Pakar: Indonesia Punya Daya Tarik di Tengah Krisis

Investasi Tembus Rp901 T Lebihi Target Presiden, Pakar: Indonesia Punya Daya Tarik di Tengah Krisis Kredit Foto: Sufri Yuliardi

Tempat terpisah, Direktur Eksekutif CORE Indonesia (Center of Reform on Economics) Mohammad Faisal menjelaskan, pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun 2020 sangat negatif akibat dihantam pandemi Covid-19, namun setelah masuk ke tahun 2021 ekonomi Indonesia makin membaik dan hal ini juga berpengaruh pada peningkatan nilai investasi.

“Sebetulnya kalau krisis salah satu indikator pentingnya misalkan pertumbuhan ekonomi satu negara itu kontraksi dua kuartal berturut-turut dan kalau itu kita sudah mengalami di 2020 kemarin saat masa pandemi, kita lebih dari dua kuartal mengalami pertumbuhan yang negatif," jelasnya.

"Setelah memasuki tahun 2021, terutama sejak kuartal ke dua itu sudah kembali positif, jadi sudah membaik, sudah ke tahap pemulihan sampai sekarang kita positif terus, jadi itu kalau kita bicara mengenai krisis ya,” jelasnya.

Dikatakannya, data yang disampaikan Menteri Investasi Bahlil Lahadalia adalah data tahun 2021, artinya Indonesia sudah masuk pada fase pemulihan usai dihantam Covid-19, hingga target investasi yang diraih saat ini tidak begitu mengejutkan.

“Yang kita khawatir sekarang adalah ancaman resesi global pasca pandemi, maksudnya resesi yang disebabkan oleh pandemi Covid-19 tahun 2020. Ini adalah yang kaitannya dipicu berbagai macam faktor, memicu inflasi global yang ini menunjukkan 2020 juga dikhawatirkan ada perlambatan pertumbuhan ekonomi, bahkan di beberapa negara seperti di Amerika, Eropa juga terancam sudah kontraksi diperkirakan pada akhir tahun ini, jadi itu yang ramai dibicarakan,” ungkapnya.

“Kalau kaitannya dengan itu kita memang masih relatif jauh, kita melihat berbagai indikator ekonominya atau indikator ekonomi makro, baik itu pertumbuhan ekonomi, maupun juga inflasi maupun nilai tukar, cadangan devisa dan termasuk juga tenaga kerjaan," terangnya.

"Inflasi memang kita mengalami peningkatan, tetapi peningkatan kita tidak seekstrem negara lain, kita masih di kisaran 4 persen. Jadi itu sebabnya blumbers juga menempatkan Indonesia rendah terhadap ancaman resesi sekitar 3 persen dan sama dengan India yang paling rendah, yang lain malah lebih tinggi,” tambahnya.

Jika dikaitkan dengan nilai investasi, kata Muhammad Faisal Indonesia sudah berada di posisi pemulihan usai pandemi, yang artinya nilai investasi dipastikan baik.

Namun, trend positif ini akan dilihat pada tahun 2022, di mana Pemerintah menargetkan nilai investasi di tahun 2022 mencapai Rp 1.000 triliun, dan target ini terbilang berat dengan kondisi global saat ini.

“Nanti kita lihat bagaimana tahun 2022 ini, mestinya sejalan dengan pertumbuhan ekonominya juga membaik, ini investasi masih bisa cukup baik performanya, hanya saja apakah akan melampaui target atau tidak, dan itu menjadi pertanyaan, kalau targetnya tinggi saya pikir susah mencapai, kalau gak salah target Pemerintah di atas 1.000 triliun ya 2022, dan itu agak berat dicapai dengan kondisi global sekarang,” tutupnya.

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Ferry Hidayat

Bagikan Artikel: