Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Ekonomi Global Terancam Hadapi Stagflasi, Begini Penjelasan BI

Ekonomi Global Terancam Hadapi Stagflasi, Begini Penjelasan BI Kredit Foto: Antara/ANTARA/REUTERS/Dado Ruvic/Ilustrasi
Warta Ekonomi, Jakarta -

Perekonomian global terancam menghadapi stagflasi akibat kondisi inflasi yang terus meningkat yang akhirnya menyebabkan pergerakan ekonomi yang lambat.

Hal itu diungkapkan oleh Kepala Grup Departemen Ekonomi dan Kebijakan Moneter Bank Indonesia (BI), Wira Kusuma, dalam webinar Forum Merdeka Barat 9, Senin (25/7/2022).

"Ada empat isu yang menyebabkan risiko stagflasi karena membuat dinamika perekonomian global sedikit berubah," ujar Wira.

Baca Juga: BI Proyeksikan The Fed Akan Naikkan Suku Bunga 75 Bps, Ekonomi Global Kian Terancam

Adapun keempat isu adalah pandemi Covid-19, ketegangan geopolitik Rusia-Ukraina, tren proteksionisme, serta gangguan rantai pasok atau supply chain disruption.

Menurut Wira, inflasi yang tengah berlangsung di perekonomian global saat ini disebabkan oleh meningkatnya harga komoditas yang juga didukung dengan proteksionisme dan gangguan rantai pasok. Akhirnya, kondisi ini mendorong akselerasi respons moneter dan membuat produk domestik bruto (PDB) dunia akan mengalami tren penurunan.

Terkait PDB global, BI memprediksi pertumbuhan ekonomi global berpeluang terkontraksi hingga ke angka 2,2% di tahun ini.

Kondisi perekonomian global tak dimungkiri juga akan berdampak pada ekonomi domestik. Meski demikian, Wira mengklaim ekonomi Indonesia dapat dikatakan relatif masih kokoh.

Dia menjelaskan, ketidakpastian di pasar keuangan akan menyebabkan aliran modal ke emerging market menjadi tertahan, termasuk ke Indonesia. Namun, sektor eksternal Indonesia yang tergambarkan oleh neraca pembayaran terbilang masih solid.

"Karena portofolio capital outflow itu menyebabkan tekanan terhadap nilai tukar. Namun, kalau kita bandingan dengan tingkat depresiasi negara-negara tetangga, kita relatif lebih baik dibanding negara lain," pungkasnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Imamatul Silfia
Editor: Rosmayanti

Bagikan Artikel: