Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Habib Rizieq Dinilai Masih Berpengaruh, Bakal Dukung Antitesis Rezim Presiden Jokowi

Habib Rizieq Dinilai Masih Berpengaruh, Bakal Dukung Antitesis Rezim Presiden Jokowi Habib Rizieq | Kredit Foto: Twitter/Habib Rizieq
Warta Ekonomi, Jakarta -

Habib Rizieq Shihab (HRS) dinilai masih memiliki kekuatan mengarahkan pilihan politik umat Islam di Indonesia. Eks Imam Besar FPI itu diyakini masih miliki kekuatan dalam memengaruhi kontestasi Pemilu 2024.

Hal itu disampaikan oleh Direktur Eksekutif Oversight of Indonesia Democratic Policy, Satyo Purwanto.

Baca Juga: Refly Harun Blak-blakan Alasan "Marathon" Bahas Brigadir J yang Tewas di Rumah Ferdy Sambo, Kematian Pengawal Habib Rizieq Disinggung

"Kemungkinan besar dia akan mengubah konfigurasi aliansi parpol jika berperan sebagai influencer dalam Pemilu 2024," ujar Satyo kepada GenPI.co, Kamis (4/8).

Menurut Satyo, HRS akan mendukung capres dan cawapres yang mau bersepakat dengan agenda rehabilitasi personal mantan imam besar FPI tersebut.

"Capres yang kemungkinan didukung HRS juga perlu mengembalikan harkat dan martabat ulama," tuturnya.

Satyo menduga pihak yang didukung HRS berpotensi menjadi antitesis dari rezim Presiden Joko Widodo (Jokowi). Dirinya juga menduga kelompok tersebut akan muncul dari berbagai latar belakang, mulai dari akar rumput masyarakat sampai orang-orang di parlemen.

"Kemungkinan kesepakatan tersebut terbuka untuk siapa pun, termasuk Ketum Partai Gerindra Prabowo Subianto, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, dan capres lainnya," ucapnya.

Baca Juga: Sssttt... Ternyata Jokowi Gak Cuma Dukung Satu Orang di Pilpres 2024

Selain itu, Satyo menyoroti potensi terjadinya polarisasi di masyarakat setelah Pemilu 2024. Menurutnya, bebasnya HRS dari penjara tidak memengaruhi polarisasi di masyarakat.

"Polarisasi itu terjadi jika ada desain dari kelompok yang memiliki infrastruktur sistem penggalangan opini. Contohnya seperti buzzer, black campaign, atau media propaganda lainnya," pungkas Satyo.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Puri Mei Setyaningrum

Bagikan Artikel: