Isu kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) di Indonesia sedang hangat dibicarakan melalui berbagai media-media nasional. Situasi global yang dinilai semakin ekstrim sebagai dampak dari perang Rusia dan Ukraina yang belum juga usai menyebabkan harga berbagai komoditas melambung tinggi, salah satunya harga minyak.
Dalam agenda pembukaan Finance Ministers and Central Bank Governors (FMCBG) G20 Indonesia di Nusa Dua, Bali, Jumat (15/7/2022), Menteri Keuangan RI Sri Mulyani menyebutkan bahwa harga minyak dunia telah naik hingga 350 % dari 2020 sampai 2022.
Di tengah melambungnya harga minyak dunia, Presiden RI Joko Widodo, dalam wawancaranya bersama Karni Ilyas pada Rabu (17/8/2022), menyinggung soal besarnya APBN yang digunakan untuk subsidi BBM. Hingga saat ini, pemerintah telah menggunakan anggaran negara hingga Rp502 triliun untuk menanggung biaya subsidi BBM, listrik, dan gas.
Kenaikan harga sejumlah komoditas juga telah memicu Kementerian Perhubungan (Kemenhub) untuk menaikkan tarif ojek online yang efektif mulai 29 Agustus 2022 mendatang. Sementara itu, Asosiasi Perusahaan Jasa Pengiriman Ekspres, Pos dan Logistik Indonesia (Asperindo) juga menghimbau kepada para anggotanya untuk menaikkan harga operasional hingga 10%, sebagai salah satu antisipasi atas isu kenaikan harga BBM.
Menanggapi isu kenaikan harga BBM dan perubahan ongkos kirim dari Asperindo, Chief Executive Officer (CEO) SiCepat Ekspres The Kim Hai, menegaskan bahwa saat ini SiCepat belum berencana untuk menaikkan ongkos kirim untuk pengiriman paket. Menurutnya langkah ini diambil karna SiCepat Ekspres telah mengantisipasi dengan melakukan terobosan efisiensi dalam operasional kendaraan, khususnya sepeda motor, yang beralih dengan menggunakan sepeda motor listrik Volta.
“Keputusan ini didukung dengan inovasi SiCepat yang telah melakukan langkah efisiensi operasional melalui pengalihan kendaraan operasional motor bensin menjadi motor listrik secara bertahap,” ungkapnya.
Menurutnya, pemanfaatan electric vehicle (EV) ini merupakan langkah diversifikasi sumber energi oleh SiCepat Ekspres agar perusahaan tidak hanya bergantung pada sumber energi fosil dalam menjalankan kegiatan operasional.
Dari sisi operational cost, pemanfaatan EV ini telah membuat SiCepat mengalami penghematan bahan bakar hingga lebih dari Rp9 miliar. Dari data tersebut, diproyeksikan hingga akhir tahun 2022, operasional SiCepat dapat menghemat BBM dan biaya maintenance motor lebih dari Rp71 miliar. Dengan begitu, perusahaan dapat meminimalisir potensi dampak operasional dari wacana kenaikan harga BBM.
Untuk memudahkan kurir SiCepat, yaitu SiGesit, dalam melakukan pengiriman paket menggunakan EV, SiCepat bekerja sama dengan Volta untuk menyediakan infrastruktur Sistem Ganti Baterai (SGB) di 181 titik yang tersebar di Jabodetabek, Semarang, dan Bali. Inisiatif ini sekaligus merupakan upaya pembangunan ekosistem kendaraan listrik yang terintegrasi.
Dalam satu kali pengisian baterai, motor listrik Volta mampu menempuh jarak hingga 60 km. Lalu untuk mengisi ulang daya baterai, SiGesit hanya perlu menukarkan baterai yang sudah habis dengan baterai baru di mesin SGB. Selain itu, SiCepat juga menyediakan mesin SGB di gerainya, sehingga, kurir dapat dengan mudah mengakses SGB untuk penukaran baterai.
Willty Awan, Direktur PT Volta Indonesia Semesta, mengataksn bahwa proyeksi EV terhadap bisnis logistik dapat menjadi solusi di tengah wacana kenaikan harga BBM bersubsidi. “SiCepat telah melakukan inovasi yang strategis dan terbukti bahwa produk EV kami dapat menjawab kebutuhan operasional SiCepat. Motor listrik Volta 401 dapat mengangkut beban hingga 200 kg dan minim biaya maintenance, terutama baterai, karena menggunakan Sistem Ganti Baterai” papar Willty.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Sufri Yuliardi
Editor: Sufri Yuliardi