Pembicaraan Nuklir Jadi Senjata Iran Memperbaiki Hubungan, Kenapa Begitu?
Pemulihan hubungan terjadi di tengah ketidakpastian tentang kemajuan pembicaraan tidak langsung antara AS dan Iran untuk memulihkan perjanjian nuklir. Jika ada kesepakatan baru, itu dapat mengurangi kemungkinan perlombaan senjata nuklir di kawasan yang sudah tegang.
Tetapi negara-negara Teluk khawatir bahwa pencabutan sanksi terhadap Iran akan membuka miliaran dolar yang dapat digunakan oleh Teheran untuk semakin mempersenjatai diri dan memperluas pengaruhnya di negara-negara Arab melalui proxy.
Jika pembicaraan gagal, para pengamat mengatakan ketegangan regional dapat meningkat seperti yang terjadi ketika Presiden AS saat itu Donald Trump menarik diri dari perjanjian, yang berpotensi menyeret kawasan itu ke dalam perang. Untuk negara-negara Teluk, kedua skenario tersebut menjadi perhatian.
"Untuk Teluk Arab, kembali ke kesepakatan nuklir atau tidak kembali kurang lebih sama: Mereka mengantisipasi bahwa Iran akan menyerang kawasan itu tidak peduli hasilnya," kata Esfandiary. "Jadi, sementara mereka terus mengawasi ini dengan hati-hati, upaya untuk meningkatkan hubungan mereka lebih terkait erat dengan persepsi keamanan dan ancaman mereka daripada kesepakatan nuklir itu sendiri."
Abdulla mengatakan Iran tetap menjadi ancaman serius bagi keamanan Teluk "dengan atau tanpa" perjanjian nuklir.
"Jadi, salah satu cara untuk berurusan dengan Iran adalah melanjutkan pembicaraan dan menemukan landasan bersama untuk hubungan bertetangga yang baik," imbuh Esfandiary.
Arab Saudi dan Bahrain adalah satu-satunya negara Teluk Arab tanpa duta besar di Teheran.
Iran mengatakan pada hari Senin bahwa pembicaraan dengan Arab Saudi adalah masalah yang terpisah dari pembicaraan untuk menghidupkan kembali pakta nuklir, menambahkan bahwa kerja sama antara Teheran dan Riyadh dapat membantu memulihkan ketenangan dan keamanan di Timur Tengah.
Dimulainya kembali hubungan diplomatik adalah "bukan peluru perak," kata Baharoon. "Namun, ini adalah langkah penting. Hubungan diplomatik adalah jalur komunikasi yang membantu secara langsung dalam mengurangi ketegangan dan menanganinya. [Kita] tidak dapat bekerja sama jika kita tidak berbicara satu sama lain."
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Muhammad Syahrianto
Tag Terkait: