Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Rizal: Politik identitas adalah keniscayaan di Indonesia

Rizal: Politik identitas adalah keniscayaan di Indonesia Kredit Foto: Antara/Adeng Bustomi
Warta Ekonomi, Jakarta -

Pengamat politik Rizal Fadhilah menyebut isu radikalisme, intoleransi dan politik identitas adalah isu politik di rezim Jokowi.

"Lagi-lagi tidak jelas makna dan landasan hukumnya. Yang jelas arahnya selalu ditujukan kepada umat Islam," kata Rizal dalam keterangannya.

Semangat keagamaan yang dinilai sempit atau primordial. Jika dinilai seperti ini maka terjadi kekeliruan dalam politik keagamaan.

Padahal, kata Rizal Umat Islam dengan keyakinan keislaman adalah kemutlakan bukan penyimpangan. Yang penting dengan identitas "particulary" nya ia mengakui dan menoleransi ada perbedaan pada kelompok atau komunitas lainnya.

"Perbedaan agama, ras, atau kultur ber-koeksistensi secara damai. Keberagaman adalah realita yang diterima sejak negara Indonesia didirikan. Bhineka Tunggal Ika merupakan wujud dari pemahaman ini. Umat Islam tentu sudah sangat faham," tegasnya.

"Kini masalah identitas dipersoalkan dengan alasan anti kebhinekaan dan kebangsaan. Semburan fitnah yang mengancam. Politik identitas seharus dipandang sebagai kekuatan integratif dan kontributif dari pengelompokan anak bangsa. Justru sebaliknya dengan penyeragaman maka yang terjadi adalah pemaksaan dan otoritarian,"

Ketika Partai Solidaritas Indonesia (PSI) bersepakat dengan Partai Golkar untuk tidak menggunakan politik identitas pada Pemilu 2024, maka itu adalah hak.

"Namun jika  menuduh pihak lain dan memojokkan politik identitas jelas tidak benar. Apalagi PSI yang nyinyir dengan membahasakan politisasi agama. Padahal selama ini terjadi juga politisasi kebangsaan, profanitas, kapital, gotong royong, bahkan adat istiadat,"

"Pemakaian baju adat pada acara resmi kenegaraan oleh Presiden yang tidak "nempat" adalah bentuk politisasi. Politik identitas juga. Nah, janganlah  teriak anti politik identitas yang sebenarnya sedang menutupi perjuangan identitas dirinya. Adakah sembunyi pada budaya itu untuk  menyerang kekuatan agama atau lainnya  ? 

Ia menilai Rezim Jokowi nampaknya sibuk dengan program "labeling" memberi predikat radikal, intoleran dan politik identitas pada umat Islam. Walaupun dengan bahasa samar khas kaum ambivalen. Sebenarnya perjuangan agar Pancasila dapat sesuai rumusan tanggal 1 Juni 1945 dapat pula disebut  menutupi politik identitas. Destruktif bahkan dapat disetarakan dengan makar. 

"Politik identitas adalah keniscayaan di Indonesia  dan tugas kita bersama adalah mengoptimalkan aspek positif dengan mengurangi dampak negatifnya. Dengan mengangkat dan menyudutkan umat Islam sebagai komunitas yang dianggap selalu menampilkan politik identitas maka itu adalah fitnah yang tidak perlu bahkan berbahaya,"

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Ferry Hidayat

Bagikan Artikel: