Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

BI dan TPID Sumut Perkuat Sinergi Bersama 43 KPwDN Kendalikan Laju Inflasi

BI dan TPID Sumut Perkuat Sinergi Bersama 43 KPwDN Kendalikan Laju Inflasi Kredit Foto: Khairunnisak Lubis
Warta Ekonomi, Medan -

BI dan Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Sumut memperkuat sinergi bersama dengan 43 Kantor Perwakilan Dalam Negeri (KPwDN) lainnya dalam mengendalikan laju inflasi melalui inovasi dan digitalisasi pengembangan klaster cabai merah, dengan sistem integrated farming, yang akan menopang kesinambungan produksi nasional.

Hal ini dikatakan Deputi Gubernur BI Juda Agung dalam kegiatan Kick Off Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) yang diselenggarakan Bank Indonesia (BI) di Klaster Cabai Merah Juli Tani, Desa Sidodadi Ramunia, Kecamatan Beringin, Kabupaten Deliserdang.

Baca Juga: Siap Luncurkan Rupiah Digital, BI Tengah Seleksi Bank yang Mampu sebagai Distributor

"Selain menyoroti permasalahan struktural, kegiatan ini juga turut mendorong Gerakan Tanam (Gertam) Cabai di Pekarangan, yang diharapkan akan memotivasi budaya swasembada pangan masyarakat dan mendukung tercapainya kestabilan harga," katanya, Rabu (31/8/2022).

GNPIP hadir sebagai satu tindak lanjut arahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam Rakornas Pengendalian Inflasi 2022. Diharapkan dapat mengoptimalkan upaya dan aksi nyata dalam stabilisasi harga pangan dari sisi pasokan dan mendorong produksi dalam rangka pemulihan ekonomi nasional.

"Kita harus mengambil langkah untuk menangani aspek yang lebih struktural, dengan mendorong inovasi dan digitalisasi pertanian seperti yang telah dilakukan oleh klaster cabai merah di Sumatera Utara yang telah menerapkan konsep integrated farming dengan pembuatan pupuk organik secara mandiri hingga implementasi sistem lelang terpusat pada sub terminal agribisnis dalam sistem pemasarannya," katanya.

Gubernur Sumatera Utara (Sumut) Edy Rahmayadi menegaskan produksi sejumlah komoditas pertanian seperti cabai merah dan bawang merah mencukupi, bahkan surplus. Karena itu, inflasi yang mencapai 5,62% pada Juli 2022, yang antara lain disebabkan cabai merah dan bawang merah, menjadi pertanyaan besar.

"Saya tak percaya jika cabai merah dan bawang merah menjadi penyebab inflasi di Sumut. Pasti karena orang yang membuatnya, artinya manusianya. Saya yakin ada kesalahan di situ, karena tanaman cabai merah kita banyak di berbagai daerah," ujarnya.

Baca Juga: Inflasi Merangkak Naik, Pemerintah Daerah Diminta Prioritaskan Penanganan

Atas kondisi inflasi yang terjadi, Edy menjelaskan bahwa dalam data yang ia paparkan, Sumut berada pada posisi surplus, terutama untuk cabai merah, beras, dan komoditas lainnya sehingga Pemerintah Provinsi (Pemprov) bersama unsur Forkopimda mencari tahu penyebabnya.

"Saya berharap inflasi ini jangan sampai menyebabkan krisis pangan. Ini sebagai motivasi, agar kita bisa meningkatkan komoditas pertanian (pangan). Sebab, Malaysia sendiri sudah minta ke kita, mereka punya peta cabai merah, bawang merah, dan beras di Sumut. Karena katanya, Thailand menghentikan pasokan ke negara itu," pungkasnya.

Baca Juga: Kader Gerindra Gantikan AWK Sebagai Anggota DPD RI, De Gadjah: Efektif Kawal Kebijakan dan Pembangunan

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Khairunnisak Lubis
Editor: Ayu Almas

Bagikan Artikel: