Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

3 Periode Kini Jadi Cawapres, Loyalis Anies Baswedan Tak Heran Akan Wacana Serupa Disekitar Jokowi

3 Periode Kini Jadi Cawapres, Loyalis Anies Baswedan Tak Heran Akan Wacana Serupa Disekitar Jokowi Kredit Foto: Twitter/Anies Baswedan
Warta Ekonomi, Jakarta -

Sekjen Sekretariat Kolaborasi Indonesia (SKI) Raharja Waluya Jati ikut mengomentari wacana maju kembalinya Presiden Joko Widodo atau Jokowi sebagai cawapres pada kontestasi politik mendatang.

Dirinya menilai hal tersebut muncul karena masih kuatnya pemahaman bahwa Pilpres merupakan ritual memilih figur pemimpin semata.

Baca Juga: Pengamat: Mohon Maaf! Tawaran Jadi Cawapresnya Prabowo Malah Merendahkan Wibawa Jokowi

“Pemilu dan Pilpres sesungguhnya bukan saja tentang memilih figur tetapi juga memilih gagasan. Bahkan dilihat dari derajat urgensinya, pemilihan gagasan memiliki posisi yang lebih tinggi dibandingkan dengan pemilihan figur," kata Jati dalam keterangannya, Jumat (16/9/2022).

"Karena itu, munculnya program-program baru dari Presiden baru merupakan sebuah keniscayaan,” tambahnya.

Menurut Jati, bisa saja gagasan baru dari Presiden terpilih nanti melahirkan program-program baru yang sifatnya hanya penyempurnaan dari yang sudah ada.

Namun, gagasan-gagasan segar dari pemimpin baru bisa juga menghasilkan berbagai program yang sama sekali baru, yang sekaligus menjadi koreksi atas pikiran lama.

“Pemilu pada dasarnya adalah pintu bagi aspirasi rakyat. Sangat mungkin, pembangunan yang sedang berjalan tidak sepenuhnya sesuai dengan harapan rakyat. Oleh karena itu, pemilu dapat pula menjadi wahana bagi perbaikan dan perubahan atas apa yang telah berjalan,” lanjutnya.

Meski demikian, kata Jati, Pemilu dan Pilpres tidak hanya memiliki dimensi perbaikan dan perubahan, tetapi juga ‘kontinuitas’ atau keberlanjutan. Setiap pemimpin yang terpilih tentu wajib menjaga keberlanjutan perjalanan bangsa agar sesuai dengan arah yang ditetapkan oleh konstitusi.

Dalam upaya mencapai cita-cita mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur itu, berbagai capaian positif dari para pemimpin terdahulu musti diapresiasi secara obyektif.

Baca Juga: Kini Dukung Jokowi Naikkan Harga BBM, Tokoh NU Heran Lihat Perbedaan Sikap Megawati: Pas SBY Gak Bilang Gini?

“Gerak pembangunan tidak lain adalah gerak kehidupan berbangsa dan bernegara dan bukan suatu gerak terputus (diskontinu). Oleh sebab itu, disamping memuat dimensi perubahan dan perbaikan, Pemilu dan Pilpres sesungguhnya memuat pula keberlanjutan. Jadi, tak ada yang perlu dikhawatirkan berlebihan,” pungkasnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Aldi Ginastiar

Bagikan Artikel: