Mengintip Surat Bos Shopee Kepada Karyawannya: Kami Tidak Mengantisipasi...
Lengan e-commerce Sea Limited yang berbasis di Singapura, Shopee, dilaporkan akan keluar dari Argentina dan menutup operasi lokal di Chili, Kolombia, dan Meksiko, sementara unit game Garena akan memberhentikan ratusan staf di Shanghai.
CEO Shopee Chris Feng telah menjelaskan dalam email internal bahwa mereka memfokuskan sumber daya mereka pada operasi inti, mengingat ketidakpastian makro yang meningkat.
Secara terpisah, Shopee juga telah menarik diri dari Prancis, Spanyol, dan India dalam beberapa bulan setelah meluncurkan operasi di pasar tersebut.
Melansir Vulcan Post di Jakarta, Rabu (21/9/22) pada 15 September lalu, Bloomberg melaporkan bahwa manajemen puncak Sea Limited sekarang akan melepaskan gaji mereka dan memperketat pengeluaran perusahaan karena menavigasi kondisi ekonomi tertentu.
Baca Juga: Induk Shopee PHK 3% Karyawan Indonesia, Ini Alasannya
CEO Sea Ltd, Forrest Li dalam memo internal 1.000 kata kepada staf, ia mengatakan bahwa tim kepemimpinan tidak akan mengambil kompensasi tunai sampai perusahaan mencapai swasembada.
Perusahaan juga akan membatasi perjalanan bisnis ke tarif penerbangan kelas ekonomi dengan biaya makan perjalanan dibatasi hingga USD30 (Rp450 ribu) per hari. Mereka juga akan membatasi pengeluaran untuk menginap di hotel untuk perjalanan bisnis menjadi USD150 (Rp2,25 juta) per malam, dan memotong penggantian untuk tagihan makan dan hiburan.
Li mencatat bahwa Sea telah berjuang di era kenaikan suku bunga, percepatan inflasi, dan pasar yang bergejolak. Dia melihat ini bukan sekadar badai yang lewat, tetapi kemungkinan akan bertahan hingga jangka menengah.
"Dengan investor melarikan diri untuk investasi 'safe haven', kami tidak mengantisipasi dapat mengumpulkan dana di pasar," kata Li. Ia menekankan bahwa tujuan utama perusahaan untuk 12 sampai 18 bulan ke depan adalah untuk mencapai arus kas positif sesegera mungkin.
“Satu-satunya cara bagi kami untuk membebaskan diri dari ketergantungan pada modal eksternal adalah menjadi mandiri, menghasilkan cukup uang untuk semua kebutuhan dan proyek kami sendiri," lanjutnya.
Sea melihat nilai pasarnya melonjak menjadi lebih dari USD200 miliar (Rp3.000 triliun) Oktober lalu karena unit game dan e-commerce melonjak popularitasnya selama pandemi, tetapi sahamnya telah jatuh sejak saat itu dan sekarang hanya bernilai USD27 miliar (Rp405 triliuln).
Free Fire, sebuah game survival shooting, telah lama menjadi game Sea yang paling menguntungkan, meraup lebih dari USD4 miliar (Rp60 triliun) pada tahun 2021 sejak dirilis pada tahun 2017, menurut perusahaan riset Sensor Tower.
Namun, pendapatan game telah menurun karena Free Fire berjuang setelah game itu dilarang oleh pemerintah India pada bulan Februari. Sea juga menarik perkiraan e-commerce untuk tahun ini.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Fajria Anindya Utami
Editor: Fajria Anindya Utami
Tag Terkait: