Lima Belas Penggerak pendidikan, didatangkan langsung dari Timur Indonesia untuk mengajak mengenal lebih jauh pendidikan di Timur Indonesia.
Melalui empat Kebijakan, Budaya dan Pendidikan, Inisiatif, dan Dampak Berkelanjutan, kami duduk bersama untuk berbincang dan menyaksikan bagaimana pendidikan di akar rumput bekerja.
“Menyampaikan salam hormat kepada seluruh penggerak pendidikan yang sudah 12 tahun bekerja bersama Indonesia Mengajar, bahkan lebih jauh lagi, untuk pendidikan di Timur Indonesia”, Hikmat Hardono sebagai Ketua Yayasan Gerakan Indonesia Mengajar saat membuka acara Konferensi: Pendidikan di Timur Indonesia di Gedung A Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi Republik Indonesia pagi tadi.
Para peserta dengan antusias ikut menyampaikan perspektif awal mereka tentang pendidikan di Timur Indonesia. Maria Regina Jaga, Kristuisno M. Kapiluka dan Sherwin Ufi, menjadi pembuka sesi diskusi di Ruang Bersama.
Maria menceritakan bagaimana kisahnya mengajar Bahasa Inggris untuk anak-anak secara kontekstual: menggunakan permainan tradisional. Maria melihat penggunaan permainan tradisional sebagai peluang untuk lebih mudah mengenalkan Bahasa Inggris kepada anak didiknya.
Senada dengan Maria, Kristuisno juga berpendapat bahwa penting untuk melihat apa yang kita miliki alih-alih sibuk dengan apa yang kita tidak miliki.
“Kita mulai dari apa yang kita punya”, Kristuisno juga mengamini pentingnya melihat apa yang bisa dilakukan dengan sumber daya yang ada. “Saya dulu belajar memakai pelita, dan membuat saya percaya bahwa satu sumber cahaya cukup untuk membuat lilin-lilin lain menyala, untuk itu kita semua harus bergerak untuk pendidikan, agar lebih banyak cahaya di Indonesia," Ucap Kristuisno.
Bergerak ke ruang-ruang diskusi, para narasumber membuka dialog sesuai berbagai tema: Kebijakan, Pendidikan dan Budaya, Inisiatif dan Dampak Berkelanjutan. Amus Atkana, penggerak pendidikan dari Kabupaten Maybrat yang mendirikan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) mengatakan jika kita ingin melangkah 1000 langkah, selalu diawali dengan satu langkah pertama.
Ia pun bercerita tentang awal mula upayanya untuk mendirikan PKBM guna menjawab tantangan pendidikan di Kabupaten Maybrat, Papua Barat.
“Seru banget, metodenya menyenangkan, gak bikin bosen, apalagi narasumbernya yang inspiratif dan elaborasinya keren”, ucap Regita salah satu peserta konferensi yang datang dari Bekasi. “Banyak dapet informasi menarik tentang pendidikan di Indonesia Timur, khususnya Papua.
Baca Juga: Indonesia Mengajar Patahkan Stigma Pendidikan di Indonesia Timur
Informasi seputar Papuayang tidak disajikan oleh media, apalagi narasumbernya adalah mereka yang memang bergerak dan terjun langsung, seperti kepala sekolah, komunitas atau yayasan dan bahkan orang yang bekerja di pemerintahan. Selain tentang gambaran tantangan dan potensi, kami juga diberikan contoh solusi yang sudah mereka terapkan”, ucap Syarifa salah satu peserta dari Jakarta.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Boyke P. Siregar
Editor: Boyke P. Siregar
Tag Terkait: