Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Hasil Referendum Gak Main-main, Hampir 100 Persen Rakyat di 2 Republik di Ukraina Setuju Gabung Rusia

Hasil Referendum Gak Main-main, Hampir 100 Persen Rakyat di 2 Republik di Ukraina Setuju Gabung Rusia Kredit Foto: Reuters/Alexander Ermochenko
Warta Ekonomi, Moskow -

Mayoritas warga Republik Rakyat Donetsk dan Lugansk (DPR dan LPR) mendukung gagasan untuk bersatu dengan Rusia, menurut komisi pemilihan lokal.

Di DPR, lebih dari 99% pemilih mendukung gagasan bergabung dengan Rusia, menurut angka resmi awal. Referendum di LPR menghasilkan hasil yang sama, dengan lebih dari 98% pemilih mendukung potensi reunifikasi. Di kedua republik, semua surat suara telah dihitung, menurut otoritas setempat.

Baca Juga: Referendum 4 Wilayah Ukraina, Pemerintah Zelensky Ancam Beri Hukuman 5 Tahun Penjara

Dilansir dari RT, jajak pendapat dilakukan di republik-republik, serta di wilayah Zaporozhye dan Kherson Ukraina yang dikuasai Moskow, antara 23 dan 27 September.

Kedua republik telah menunjukkan partisipasi lebih dari 80% untuk referendum, angka resmi menunjukkan. Keduanya memisahkan diri dari Kiev setelah kudeta Maidan 2014 dan konflik di timur Ukraina setelahnya.

Ukraina dan pendukung Baratnya telah menolak referendum untuk bergabung dengan Rusia sebagai pemungutan suara "palsu", bersumpah untuk tidak mengakui hasilnya terlepas dari hasilnya.

Presiden Ukraina Vladimir Zelensky memperingatkan bahwa penyelesaian referendum Rusia akan “membuat mustahil, dalam hal apa pun, untuk melanjutkan negosiasi diplomatik” dengan Moskow.

Rusia mengirim pasukan ke Ukraina pada 24 Februari, mengutip kegagalan Kiev untuk mengimplementasikan perjanjian Minsk, yang dirancang untuk memberikan status khusus wilayah Donetsk dan Lugansk di dalam negara Ukraina.

Protokol, yang ditengahi oleh Jerman dan Prancis, pertama kali ditandatangani pada tahun 2014. Mantan presiden Ukraina Pyotr Poroshenko sejak itu mengakui bahwa tujuan utama Kiev adalah menggunakan gencatan senjata untuk mengulur waktu dan “menciptakan angkatan bersenjata yang kuat.”

Pada Februari 2022, Kremlin mengakui republik Donbass sebagai negara merdeka dan menuntut agar Ukraina secara resmi menyatakan dirinya sebagai negara netral yang tidak akan pernah bergabung dengan blok militer Barat mana pun. Kiev menegaskan serangan Rusia benar-benar tidak beralasan.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: