76 Orang Tewas, Kantor HAM PBB Layangkan Kecaman ke Pemerintah Iran
Tindakan keras polisi dan pasukan keamanan terhadap demonstran di Iran mendapat perhatian tajam dari pejabat kantor hak asasi manusia (HAM) PBB.
Diketahui bahwa situasi saat ini masih memanas, dengan demonstrasi tidak hanya pecah Iran, tetapi juga di luar negeri setelah kematian Mahsa Amini. Gadis berusia 22 tahun itu meregang nyawa saat berada dalam tahanan polisi. Ia ditangkap 13 September oleh polisi moral karena dianggap memakai jilbab dengan tidak benar.
Baca Juga: Peran Amerika dalam Aksi Protes Mahsa Amini Mulai Terendus Pemerintah Iran Gara-gara...
Setelah kematiannya, protes menjalar di setidaknya 15 provinsi di Iran, dengan gambar hingga rekaman media sosial menunjukkan beberapa pendemo perempuan membakar jilbab hingga memotong rambut mereka. Para pengunjuk rasa yang marah juga terlihat meneriakkan 'kematian bagi diktator' dan membakar foto-foto pemimpin tertinggi Ayatollah Khamenei.
Pihak berwenang setempat telah melaporkan ratusan penangkapan, menurut laporan UPI. Namun, jumlah pasti yang warga sipil yang terdampak masih belum diketahui.
Kantor HAM PBB juga mengaku sulit untuk mendapatkan jumlah pasti pengunjuk rasa yang tewas, terluka dan ditangkap oleh pasukan keamanan Iran. Ini terjadi karena adanya pembatasan telekomunikasi.
Sementara itu, media pemerintah menyebut jumlah kematian mencapai 41 orang.
Namun, angka korban tewas selama demonstrasi dilaporkan lebih tinggi. Hal ini diungkap juru bicara HAM PBB Ravina Shamdasani mengutip keterangan organisasi non-pemerintah yang memantau situasi di Iran saat ini.
Dia mengatakan bahwa satu sumber yang kredibel melaporkan 76 orang telah tewas, termasuk wanita dan anak-anak. Shamdasani juga mencatat bahwa ratusan lainnya telah terluka di setidaknya 11 provinsi.
"Kami sangat prihatin dengan komentar beberapa pemimpin yang memfitnah para pengunjuk rasa, dan penggunaan kekuatan yang tidak perlu dan tidak proporsional terhadap pengunjuk rasa.
"Senjata api tidak boleh digunakan hanya untuk membubarkan sebuah pertemuan. Dalam konteks pertemuan, mereka hanya boleh digunakan jika ada ancaman terhadap kehidupan atau cedera serius," kata Shamdasani, sebagaimana dikutip VOA News.
Ratusan orang dilaporkan ditangkap, termasuk para pembela HAM, pengacara, aktivis masyarakat sipil dan sedikitnya 18 jurnalis.
Shamdasani menjelaskan bahwa di Iran, para wanita telah memprotes pemakaian jilbab selama empat dekade. Namun, dengan dugaan pemukulan polisi terhadap Amini dan kematiannya, protes ini tampaknya adalah puncaknya.
Shamdasani menerangkan bahwa kali ini, ada curahan dukungan dari semua lapisan masyarakat dan dari banyak provinsi di seluruh Iran.
"Para perempuan pembela HAM yang memprotes penggunaan jilbab atau yang telah mengambil langkah-langkah untuk menghapusnya, mereka telah bertahun-tahun menjadi sasaran, diintimidasi, dilecehkan, ditangkap, dipukuli. Ada beberapa kasus perempuan yang masih tertunda, di mana mereka juga ditahan dan didakwa sehubungan dengan jilbab," katanya.
Polisi Iran telah membantah bahwa Amini dipukuli saat dalam tahanan.
Kurangnya tanggapan yang memadai atas kematian Amini dengan curahan kemarahan di jalan-jalan, serta penutupan komunikasi, telah berdampak serius pada masyarakat Iran, kata Shamdasani.
Kantor HAM PBB mendesak pihak berwenang Iran untuk mengatasi situasi tersebut. Shamdasani juga mendorong penyelidikan dan penghormatan terhadap kebebasan berkumpul dan berekspresi.
Dia mengatakan pemerintah Iran harus berhenti menjelek-jelekkan para pengunjuk rasa dan harusnya mendengarkan suara mereka.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Muhammad Syahrianto
Tag Terkait: