Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Pilu! Anak-anak Gambia Mendadak Meninggal Usai Diberi Obat Batuk Sirop India

Pilu! Anak-anak Gambia Mendadak Meninggal Usai Diberi Obat Batuk Sirop India Kredit Foto: Unsplash/Girish Dalvi Iz
Warta Ekonomi, New Delhi -

Pemerintah India memerintahkan penyelidikan terhadap empat sirop obat batuk setelah Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengaitkannya dengan kematian 66 anak di Gambia.

Sebelumnya, WHO mengatakan anak-anak itu meninggal akibat cedera ginjal dan bahwa organisasi itu menemukan tingkat racun melebihi ambang batas dalam sirop yang diproduksi oleh Maiden Pharmaceuticals.

Baca Juga: Misteri Obat Batuk Sirup dari India dan Kematian Belasan Anak Gambia

WHO juga menyarankan regulator menghentikan penjualan produk.

Menurut BBC, berdasarkan pernyataan yang dirilis pemerintah India, regulator obat nasional India memulai investigasi setelah WHO menghubungi mereka pada 29 September.

Regulator juga telah meminta WHO untuk membagikan laporannya yang menjelaskan "hubungan sebab akibat antara kematian yang dilaporkan dan produk medis yang bersangkutan", tambah pernyataan itu.

Temuan WHO, yang diumumkan oleh Direktur Jenderal Tedros Adhanom Ghebreyesus pada hari Rabu (5/10/2022), muncul setelah sampel dari keempat sirop obat batuk diuji. Obat-obat tersebut adalah Promethazine Oral Solution, Kofexmalin Baby Cough Syrup, Makoff Baby Cough Syrup, dan Magrip N Cold Syrup.

Organisasi kesehatan itu mengatakan analisis laboratorium mengonfirmasi bahwa sirop-sirop yang diuji mengandung dietilen glikol dan etilen gliko dalam jumlah yang melewati ambang batas. Kedua senyawa ini beracun bagi manusia dan dapat berakibat fatal bila dikonsumsi.

WHO menyebut sejauh ini, produk-produk tersebut ditemukan beredar di Gambia tetapi mungkin telah didistribusikan ke negara lain melalui jalur tidak resmi.

Namun, pemerintah India mengatakan ekspor sirop obat batuk yang bermasalah "sejauh ini hanya ke Gambia".

WHO mengatakan sedang "melakukan penyelidikan lebih lanjut" dengan perusahaan dan otoritas India.

"Semua batch produk ini harus dianggap tidak aman sampai mereka dapat dianalisis oleh Otoritas Regulasi Nasional terkait," tambahnya.

Tenaga medis di Gambia pertama kali mengeluarkan peringatan pada bulan Juli setelah puluhan anak didiagnosis mengalami masalah ginjal serius.

Direktur layanan kesehatan Gambia, Mustapha Bittaye, mengatakan kepada Reuters bahwa jumlah kematian telah turun dalam beberapa pekan terakhir dan negara itu telah melarang penjualan produk tersebut.

"Namun, sampai saat ini, beberapa sirop masih dijual di klinik swasta dan rumah sakit," katanya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: