Anies Sukses Jungkir Balik Perpolitikan Indonesia Pascadeklarasi: PDIP dan Golkar Berpikir Kembali, Gerindra Ketar-ketir
Kredit Foto: Sufri Yuliardi
Bagaimana dengan Prabowo? Sang petarung ini tentu tidak ingin kehilangan momentum. Bagi Prabowo, Pilpres 2024 mendatang adalah momentum kemenangannya. Walaupun pada akhirnya ia kembali tidak bersama PDI Perjuangan. Gerindra tetap optimis bersama PKB.
Ketua PKB Muhaimin Iskandar secara keterpilihan jauh lebih unggul daripada Puan Maharani dalam simulasi cawapres. Ditambah lagi, basis tradisional PKB (NU) base-nya cukup besar. Wilayah Jawa Timur potensial menjadi basis kedua setelah jawa barat bagi pasangan ini.
"Anies Baswedan, walaupun belum memutuskan sosok pendampingnya, namun terbaca jika ketua umum partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono atau AHY berpeluang mendampingi Anies."
Tiga faktor mengapa AHY. Faktor pertama, NasDem butuh mitra koalisi paling tidak tiga partai papan tengah. Demokrat meliki 54 kursi di senayan.
Faktor kedua, PKS yang mengantongi 50 kursi di senayan cenderung legawa jika cawapres Anies adalah AHY. Artinya PKS akan melengkapi NasDem dan Demokrat dari sisi presidential threshold.
Faktor ketiga, perpaduan Anies-AHY merepresentasi kelompok gen Z dan Millenial yang diproyeksi base-nya mencapai 60 persen lebih dalam Pilpres 2024.
Tiga poros dengan figur yang berbeda dari sebelumnya tentu membuat konstelasi politik Pilpres berlangsung super sengit. Bahkan jika final yang maju tiga pasang capres, Ganjar-AH. Prabowo-Muhaimin dan juga Anies-AHY.
"Pilpres 2024 mendatang potensial berlangsung dua putaran. Karena akan sulit salah satu pasangan capres-cawapres meraih angka 50 persen plus 1 suara dalam simulasi di atas. Kata kuncinya, Pilpres 2024, pertarungan gajah versus gajah," kuncinya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Ayu Almas