Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Cara Mudah Memahami Native dan Hybrid Mobile Development, Pilih Mana?

Cara Mudah Memahami Native dan Hybrid Mobile Development, Pilih Mana? Kredit Foto: Antara/Fikri Yusuf
Warta Ekonomi, Jakarta -

Flutter menjadi salah satu framework yang sering digunakan oleh Angga Dwi Arifandi, seorang Mobile Engineer yang juga Co Founder Bicarakan.id, sebuah platform konseling online. Sejak SMP, Angga sudah tertarik dengan dunia internet karena orang tuanya memiliki usaha Warnet. Oleh karena itu, ia sudah tertarik di bidang IT dan mempelajari Java sejak awal kuliah di Universitas Indonesia.

Angga pun mulai tertarik mobile programming karena saat itu teman-temannya justru lebih tertarik dengan backend. Ia pun mendalami mobile programming sambil mengikuti BEM di kampus, dan ngoding bareng teman-temannya.

Dalam video YouTube bertajuk "KotaTalks 11: Ngobrolin Native VS Hybrid Mobile Development dan Prospek Kerjanya", Angga menceritakan bahwa awal mula sistem operasi (OS) tercipta dari Nokia yang ingin membuat aplikasi tetapi tak memiliki banyak biaya. Oleh karena itu, Nokia membiarkan pihak luar untuk membuat aplikasi.

Baca Juga: Apa Itu Mobile Hybrid?

Dari sinilah memberikan inspirasi kepada Google dalam menciptakan Android. Dan mobile native app adalah tools untuk membuat aplikasi bawaan Android atau iOS untuk orang luar.

Namun, karena mobile native apps digunakan secara terpisah untuk Android dan iOS serta bahasa pemrograman yang juga berbeda, orang-orang harus belajar dua kali lipat, sehingga membuat orang lain memikirkan cara untuk membuat mobile hybrid app agar bisa satu kali coding membuat aplikasi yang bisa digunakan di Android dan iOS.

Penggunaan native lebih cepat update jika ada perubahan langsung dari OS-nya, tetapi Hybrid lebih lama karena harus mencari tahu cara implementasinya terlebih dahulu. Performance native juga lebih baik daripada hybrid. Namun, biaya native lebih mahal dan programmer juga harus belajar dua kali dengan OS yang berbeda.

Angga memprediksikan bahwa ke depannya Hybrid justru lebih digunakan di masa depan daripada native karena biayanya yang lebih murah, mulai dari tools hingga karyawan. Salah satunya adalah penggunaan Flutter yang mengalami peningkatan hingga 300% dalam kurun waktu 2019 hingga hari ini.

Adapun dari segi gaji, hybrid lebih unggul dibandingkan dengan native karena tanggung jawabnya yang lebih besar di Android dan iOS. Angga merupakan seorang Google Developer Expert di bidang Flutter. Awal mula ia tertarik di Flutter karena saat itu ia gagal lulus kuliah dan gagal bekerja di sebuah bank.

Namun, ia dikenalkan ke Kompas Gramedia yang menggunakan Flutter untuk mobile development-nya, dari situlah ia mulai ngulik soal Flutter, sharing di blog, GitHub hingga gabung komunitas dan menjadi pembicara. Hal-hal tersebut membuat Angga dilirik oleh Google dan dipanggil untuk melakukan serangkaian tes serta wawancara, barulah setelah itu Angga menjadi Google Developer Expert - Flutter.

Angga pun menyarankan untuk pemula yang ingin menjadi Android Developer, lebih baik langsung belajar bahasa pemrograman Kotlin. Ini karena banyak perusahaan yang sudah beralih ke Kotlin dibandingkan dengan Java.

Lebih lanjut, Angga menuturkan bahwa penggunaan Native cocok dengan performa aplikasi yang berat, seperti pembuatan game yang kompleks atau aplikasi sejenis. Sementara untuk Hybrid, cocok untuk pembuatan aplikasi seperti pembaca berita dan e-commerce.

Berikut video lengkapnya:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Fajria Anindya Utami
Editor: Fajria Anindya Utami

Bagikan Artikel: