Tidak jauh berbeda dengan Eropa, akibat inflasi tinggi yang memaksa bank sentral menaikkan suku bunga secara agresif. Eropa juga diprediksi kemungkinan terjadi resesi.
Kemudian, Tiongkok yang sekarang sedang di dalam pembahasan mengenai bagaimana kepemimpinan nasional-nya, sudah mengalami perlemahan dari perekonomian, baik karena lockdown maupun karena juga kondisi dunia, serta sektor properti yang telah menimbulkan dampak luar biasa.
Baca Juga: Sri Mulyani Pimpin Pembahasan Usulan PED untuk AFMGM 2023, Berikut 3 Usulannya!
"Angka kuartal ketiga belum keluar. Namun, diperkirakan akan cukup tajam melemah. inilah yang mungkin kita perlu waspadai, meskipun Indonesia sampai dengan tahun 2022 dan 2023 masih diprediksikan tumbuh di atas 5%. Kita tahu bahwa faktor eksternal menjadi sangat dominan, dan ini tentu mempengaruhi bagaimana kinerja ekonomi kita," ucapnya.
Penurunan proyeksi terjadi di semua negara, baik itu negara maju, maupun negara-negara berkembang. Sebagai contoh yang terjadi di negara maju seperti Inggris, dengan terjadinya krisis APBN yang ada di Inggris, kemungkinan akan mengalami revisi ke bawah. Hal ini karena guncangan yang terjadi akibat APBN mereka yang tidak kredibel dan dipaksa, kemudian harus berubah.
Baca Juga: Sri Mulyani: Dunia Harus Percepat Transisi Energi Terbarukan
Demikian juga dengan negara-negara berkembang yang juga mengalami kondisi yang relatif ditekan, meskipun di dalam situasi saat ini, negara berkembang seperti Indonesia, India, Brazil, Meksiko relatif dalam situasi yang cukup baik. Namun tidak berarti negara-negara tersebut tidak terpengaruh oleh kondisi eksternal yang memang masih bergejolak.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Martyasari Rizky
Editor: Aldi Ginastiar
Tag Terkait: