Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Terjun ke Kendaraan Listrik, Pendiri Xiaomi: Persaingan Akan Brutal

Terjun ke Kendaraan Listrik, Pendiri Xiaomi: Persaingan Akan Brutal Kredit Foto: Sufri Yuliardi
Warta Ekonomi, Jakarta -

Pendiri dan kepala eksekutif raksasa ponsel pintar Xiaomi Corp, Lei Jun mengatakan satu-satunya cara bisnis kendaraan listrik (EV) akan berhasil adalah jika perusahaannya menjadi salah satu dari lima pembuat EV teratas dunia karena industri ini bersiap untuk konsolidasi.

"Persaingannya akan brutal," cuit Lei seraya menambahkan bahwa ambang batas untuk EV telah diturunkan secara dramatis dibandingkan dengan mobil bensin. Seperti biaya baterai telah turun 80 persen dalam 10 tahun terakhir, kata Lei.

Melansir South China Morning Post di Jakarta, Senin (24/10/22) 'Steve Jobs' China ini percaya bahwa EV sama seperti smartphone yang merupakan bentuk elektronik konsumen.

Baca Juga: Ekonomi Dunia Gonjang-Ganjing, Laba Xiaomi Anjlok, Kekayaan Pendirinya Ikut Terhapus Rp124 T!

"Inti dari industri otomotif akan berkembang dari mekanik ke elektronik konsumen," menurut postingannya.

Untuk menjadi salah satu dari 5 pemain global teratas yang dia harapkan akan menguasai 80 persen pasar ketika sudah matang, Xiaomi harus mengirimkan lebih dari 10 juta mobil setiap tahun. Itu adalah target yang sangat agresif mengingat pemimpin industri saat ini Tesla mengatakan telah memproduksi 258.580 unit secara global pada kuartal kedua.

Perusahaan EV top China termasuk Nio, Xpeng, Li Auto, BYD dan Geely's Zeekr.

Maret lalu Xiaomi mengumumkan ekspansi ke industri EV dengan investasi 10 miliar yuan (Rp21,4 triliun) selama 10 tahun. Xiaomi mulai membangun pabrik pertamanya di pinggiran Beijing akhir tahun lalu dengan tujuan untuk mendapatkan kendaraan pertamanya, baik SUV atau saloon, di jalan pada tahun 2024.

Xiaomi pada bulan Agustus telah memangkas lebih dari 900 pekerjaan, atau hampir 3 persen dari tenaga kerjanya. Selama tiga bulan sebelumnya pendapatan terus menyusut di tengah perlambatan ekonomi di China.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Fajria Anindya Utami
Editor: Fajria Anindya Utami

Bagikan Artikel: