Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Ananta Wahana Optimis Indonesia Mampu Hadapi Krisis Global 2023

Ananta Wahana Optimis Indonesia Mampu Hadapi Krisis Global 2023 Kredit Foto: Ist
Warta Ekonomi, Jakarta -

Anggota DPR RI asal Daerah Pemilihan Banten, Ananta Wahana mengatakan bahwa Indonesia memiliki ketahanan pangan yang kuat.

Oleh karena itu, Ananta optimis, Indonesia mampu menghadapi krisis global 2023 mendatang.

Menurut Ananta, kondisi global yang suram pada 2023 sesungguhnya sudah mulai terasa, terutama di negara-negara Eropa sebagai dampak perang Rusia-Ukraina yang memicu krisis pangan dan energi dunia.

"Dunia di tahun depan tergambar "gelap". Kita sedang menghadapi krisis pangan, energi dan geopolitik dunia yang tidak baik,” kata Ananta saat Sosialisasi Kebijakan Perdagangan Luar Negeri Untuk Pemulihan Ekonomi Nasional Pasca Pandemi, Kementerian Perdagangan, diikuti ratusan pelaku UMKM bertempat di Hotel Gondang Cilegon, Banten, Senin (24/10/2022).

Lantaran itu, Ananta melihat kondisi dunia yang tengah krisis energi dan pangan sewajarnya patut was was. Namun dengan tindakan pemerintah yang telah bekerja lebih keras, tentu memberikan harapan dalam meningkatkan ketahanan pangan.

"Pemerintah sudah kerja keras dengan lebih banyak melibatkan petani-petani lokal di Indonesia. Dan kita optimis ketahanan pangan kita kuat menghadapi krisis global ini,” kata Ananta.

Lebih lanjut, Anggota Komisi VI DPR RI itu mengatakan, bahwa di tengah krisis melanda dunia saat ini, terdapat beberapa prestasi yang dicapai Indonesia.

Pada semester I tahun 2022, Indonesia mengalami surplus neraca perdagangan terbesar sepanjang sejarah. Surplus perdagangan Indonesia ditopang oleh ekspor, di mana kenaikan yang signifikan harga batubara yang mencapai 152,3 persen.

"Meskipun dalam kondisi krisis. Tapi kita masih bisa berbangga karena Organisasi Keuangan Dunia IMF menyebut Indonesia sebagai titik terang di tengah ekonomi dunia yang suram dan memburuk, bahkan ekonomi Indonesia diklaim memiliki fundamental ekonomi yang kuat,” jelasnya.

Khusus untuk Provinsi Banten, Ananta menilai, bahwa baja yang merupakan mother of industries memiliki dampak multiplier yang luas terhadap industri dasar dan turunannya harus dikembangkan menjadi produk ekspor Banten.

Sehingga, kata Ananta, PT Krakatau Steel yang berada di Kota Baja Cilegon yang merupakan penghasil baja tersebar di Asia Tenggara ini dapat menjadi titik terang di tengah dunia yang suram menguatkan ekonomi Indonesia yang berdikari.

"Oleh karena itu, saya rasa butuh gotong royong kerjasama dan sinergi yang baik antara pemerintah dengan pelaku usaha. Untuk membuat pabrik-pabrik memproduksi berbagai komoditas bernilai tambah tinggi,” imbuhnya.

Sementara itu, Direktur Ekspor Produk Industri dan Pertambangan Kementerian Perdagangan, Muhammad Suaib Sulaiman mengatakan, bahwa kementeriannya memiliki tugas yaitu menjaga kestabilan harga, terutama inflasi serta meningkatkan daya beli masyarakat.

Kemudian membantu pelaku usaha kecil dan menengah (UKM) dalam menembus pasar ekspor, termasuk memperbaiki struktur kerja dengan Balai Latihan Ekspor.

Dan meningkatkan ekspor melalui peningkatan kerja sama perdagangan internasional, salah satunya dengan negara-negara tujuan ekspor nontradisional.

"Sesuai dengan arahan Presiden kepada Kementerian Perdagangan. Tugas kami yaitu stabilisasi harga, membantu UKM, dan meningkatkan ekspor,” ungkapnya.

Sementara itu, Terkait kebijakan umum ekspor dan impor, Suaib mengatakan bahwa sesuai dengan semangat UU Cipta Kerja, yaitu menciptakan iklim usaha yang kondusif bagi pelaku usaha dan menarik bagi investor asing.

"Meningkatkan daya saing produk dalam negeri, dan melindungi industri dalam negeri,” katanya.

Suaib Sulaiman juga mengungkap soal destinasi ekspor impor Provinsi Banten. Menurutnya pada tahun 2021, United States merupakan negara tujuan ekspor utama Provinsi Banten dengan nilai ekspor sebesar USD 2,3 Milyar atau 17% dari total nilai ekspor.

"Dan pada tahun 2021, Singapore merupakan negara asal impor utama Provinsi Banten dengan nilai impor sebesar USD 2.1 Milyar atau 13% dari total nilai impor,” imbuhnya.

Dalam kesempatan yang sama, Direktur Karang Tumaritis Institute, Abraham Garuda Laksono menyampaikan, bahwa tantangan yang dihadapi para pelaku UMKM adalah masih berkutat pada soal permodalan, dan perijinan.

Selanjutnya, soal Business Matching atau pertemuan bisnis yang terjadwal antara pelaku bisnis dengan, calon mitra distribusi, calon mitra supplier, calon mitra pendanaan dan juga calon mitra investor.

"Nah, terakhir ada juga Black campaign atau kampanye hitam terhadap produk UMKM kita,” ujarnya.

Oleh karena itu, anak muda jebolan James Cook University Singapura itu mengajak para pelaku UMKM di Kota Baja untuk melakukan penguatan diri melalui berbagai pelatihan.

"Kebetulan kami di Tangerang mendirikan Karang Tumaritis Institute, dan Institute Kibar UMKM Pancasila atau IKUP yang concern terhadap pembangunan UMKM,” jelasnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Ferry Hidayat

Bagikan Artikel: